animation

tentang penulis

Foto saya
akhirat, neraka, Indonesia
berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan

Senin, 30 November 2009

Memaknai Kasih sayang Ibu

Memaknai Kasih Terdalam Seorang Ibu
by: Musthofa

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Kasih ibu memang tak terukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Apapun bentuknya yang kita berikan kepada ibu kita, entah itu benda berupa materi (uang, emas, mobil dan pakaian sutera) dan bersifat imateri (kasih sayang, perhatian dan dedikasi) tidak akan mampu mengejar intensitas kasih sayang seorang ibu. Ibu pun mendapat tempat yang istimewa dalam kehidupan sehari-hari. Kaki-tangan pun rela dikasihkan, darah dan keringat pun relah dicucurkan. Semua itu bukanlah untuk mengukir namanya di atas langit nan tinggi atau di atas laut smudera yang luas. Semua itu adalah dimi sang anak tercinta. Sehingga tidak mengherankan bila ada istilah ibu pertiwi dan hari ibu merupakan penegasan bahwa derajat seorang ibu memanglah sangat tinggi dari pada ayah dalam perspektif dedikasi antar keduanya.
Bertepatan dengan tanggal 22 desember, marilah kita merenungkan bersama akan kasih sayang ibu. Sungguh dalam sekali makna yang tersimpan dalam sajak nyanyian di atas, bila memang kita benar-benar merenungkan. Entah sejak kapan nyanyian itu terdengar syahdu ditelingaku. Saat mendengar itu, jiwaku terasa terperanjat bila lagu tersebut dikaitkan dengan kasih ibu yang telah tercurahkan kepasda anak-anaknya. Kadang kala juga mata pun tidak mampu menahan air yang menetas tiap kali aku melantunkan bait pendek yang syarat makna meskipun hanya sekedar untuk diri sendiri.
Sosok seorang ibu memang memiliki posisi yang sangat agung. Dalam jiwanya selalu terpancar sifat ilahi yang tak kan pernah padam. Itu tergambar jelas saat kita belum lahir ke dunia dan msih dalam gudang surgawi yang biasa disebut dengan alam rahim. Itu menunjukkan bahwa ibu merupakan sosok yang penyayang, karana kata “rahim” merupakan sifat yang dimiliki oleh allah untuk menyayangi hamba-hamba-Nya. Cak Komarudin pun berpandangan bahwan “Ini secara jelas menunjukkan keterkaitan kualitas yang amat dalam dan sangat lembut bahwa sebagian kasih Allah itu terpancar ke dunia melalui sosok ibu sebagai transmiternya, yang secara tasawwuf disebut tajally ilahi, bahwa seorang ibu senantiasa memancarkan keindahan dan kasih ilahi. Bagaikan sang surya yang menyinari dunia, yang selalu memberi tak harap kembali.
Sedemikian lembut dan lekatnya seorang anak dengan ibu yang terbina dalam alam rahim sehingga suasana batin ibu akan sangat sangat berpengaruh pada karakter anak yang berada dalam kandungan. Maka dari psiklog dan agama pun mendakwahkan agar ibu yang mengandung selalu senantiasa berfikir dan bertindak positif dengan emper banyak dzikir dan doa karena semua itu akan menjadi vitamin mental-spiritual yang sangat menentukan pertumbuhan anak dikemudian hari.
Hal ini berarti bahwa kesuksesan seorang anak pasti karena adanya saham yang amat besar dari sang ibu, namun mereka tidak tertarik sama sekali untuk membuat kalkulasi kasih sayang dan menerima devidennya, kecuali melihat anak-anaknya hidup baik dan bahagia bersama cucunya. Oleh sebab itu, tak mengherankan hasil penelitian yang dilakukan oleh pengusaha sukses dikalangan cina menunjukkan bahwa salah satu ciri kehidupan mereka adalah senantiasa menghormati ibunya sedemikian rupa karena keyakinan akan sosok ibu itulah pilar kesuksesan mereka. Ethos penghormatan bhakti kepada orang tua, khusunya ibu dari Kong Hu Cu yang dinamakan dengan u hao yang sangat senapas dengan sang Budha Muhammad bahwa surga itu terletak di bawah telapak kaki ibu.
Sangat tepat sekali ketika sang Budha Muhammad dengan sabdanya: “cinta kasih dan ridha Allah bersama cinta kasih dan ridha orang tua pada anak-anaknya, sebaliknya kemarahan Allah adalah bersama kemarahan orangtua pada anak-anaknya.” Inilah yang dimaksud dengan ungkapan: Surga berada dibawah telapak kaki ibu, bahwa kalau ingin mendapatkan kehidupan kehidupan surgawi, baik di dunia maupun di akhirat, kita mesti mampu membangun relasi cinta kasih dengan orangtua, khususnya ibu.
Dalam alqur’an surat Luqman perintah bersyukur pada orangtua bahkan diletakkan sebaris dengan perintah bersyukur kepada Allah meminta kepada semua hamba-Nya agar pandai berterima kasih serta menyayangi orangtua, khusunyaibu, yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuh dengan susah payah dan kasih sayang yang tak pernah padam. Cinta kasih ibu pada anak telah mengalahkan semau derita dan susah payah dalam mengasuh dan membesarkan. Entah itu ribuan kilo lewati rintang yang ditempuh dengan tapak kaki penuh darah dan penuh nanah.
Bahkan ada analogi yang sangat nyentil telinga buat sang anak “hubungan ibu dengan anak bagaikan jempol kaki, ketika jempol kaki tersandung maka mata mata mengeluarkan air mata, namun ketika mata sakit jempol kaki tidak berempati.” Ada juga analogi yang lain, yaitu “hubungan ibu dan anak bagaikan hubungan mata dengan tangan, jika mata menangis maka tangan akan mengusapnya ketika tangan terluka maka mata akan menangis.” Apa pun analoginya, pesan yang ingin disampaikan hanyalah satu: bahwa cinta ibu terhadap seorang anak mengalir setiap saat sebagaimana matahari menyinari dunia, namun pantulan balik cinta anak pada ibu tidaklah sebanding volumenya. Atau ibarat air hujan yang selalu mengucur ke bawah, yang kembali ke atas hanya sekedar uap.
Demikianlah, betapa tidak seimbangnya relasi cinta kasih ibu-anak mudah sekali dibuktikan dengan cara menghitung betapa banyak materi yang dikasihkan seorang ibu kepada anak-anak mereka, pemberian itu bukanlah untuk dipergunakan untuk sang ibu melainkan untu teman-teman si anak.
Sangat indah sekali bila kita dapat melihat keluarga yang menyediakan mobil dan sopir pribadi untuk orangtua yang sudah lanjut usia, anak yang selalu merawat sang ayah dan sang ibu. Senada dengan ungkapan sang Budha Muhammad, “Orang tua yang sudah lanjut usia merupakan titipan Tuhan di muka bumi. Barang siapa yang mencintai dan merawat mereka, maka Allah akan melipatgandakan upahnya dan melimpahkan keberkatan pada keluarga itu.” Oleh karena sangat terpuji dan sangat logis kalau orangtua menjadi rebutan bagi anak-anaknya untuk merawat dan melayani mereka, bukannnya dititipkan ke panti jompo.
Masih teringat sekali ketika kecil pasti kalaun ada sesuatu yang dipanggil pertama kali adalah sang ibu. Betapa dekatnya ibu dan anak karena adanya ikatan kasih sayang yang kua. Ibu memang pantas dipakai dalam kata ibu pertiwi (Mother of Eart) yang selalu menyuplai gizi mental-spiritual maupun gizi badan. Kasih sayang ibu memang bagaikan udara yang setiap saat menyejukkan……… #

Tidak ada komentar: