animation

tentang penulis

Foto saya
akhirat, neraka, Indonesia
berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan

Minggu, 03 Januari 2010

Dakwah Perspektif Sosiologis

Dakwah Perspektif Sosiologis
oleh: Musthofa
Berdasarkan analisis sosiologis dari Ali Shariati, maka masyarakat dewasa ini, akibat modernisasi (lebih tepat westernisasi) telah menyimpang dari psosisi keseimbangan menuju materialisme ekstrim dan kecenderungan kepada keduniaan. Dalam kondisi yang demikian maka gerakan dakwah harus bersandar pada kekuatan spiritual karena masyarakat telah tersimpangkan ke arah kecenderungan kepada keduniaan. Bentuk yang paling tepat dari gerakan dakwah ini adalah dakwah dengan muatan tasawuf. Dengan pendekatan dakwah yang demikian diharapkan dapat mengembalikan masyarakat pada posisi keseimbangan.
Selanjutnya pendekatan dakwah menghadapi perubahan masyarakat tersebut dengan sendirinya harus mempertimbangkan sejauhmana transformasi budaya telah berlangsung sebagai akibat dari pembangunan yang dilaksanakan. Kenyataan menunjukkan bahwa intensitas transformasi budaya tidak sama karena setiap wilayah mempunyai karakteristik dan akar budaya yang tidak sama. Setidak-tidaknya perbedaan itu tampak menonjol pada masyarakat desa dan masyarakat kota, di mana transformasi budaya pada masyarakat kota berlangsung lebih intensif dan lebih meluas daripada masyarakat desa. Perbedaan-perbedaan kondisional dari struktur budaya ini menyebabkan perlunya dakwah dilakukan dengan asas hikmah, yaitu dengan model-model pendekatan dakwah yang berbeda bagi masyarakat desa dan masyarakat kota.
Menurut Koentowidjoyo (1985) karena di kota mulai terasa kejenuhan terhadap gejala-gejala modern maka pendekatan dakwah yang cocok adalah dengan pendekatan tasawuf yang lebih menekankan aspek esoteris dan estetis. Sedangkan untuk di desa lebih menekankan dakwah dengan langgam etis dengan maksud memajukan ummat di desa.
Pendekatan eksoteris adalah pendekatan dengan tujuan untuk memberikan ketenangan batin, kepasrahan dari makna yang terdalam dari agama. Pendekatan estetis tidak bertujuan untuk mengubah masyarakat (justru mereka sudah “jenuh” dengan perubahan) tetapi dakwah sekedar memberikan rasa dan dorongan emosi keagamaan, sebagai penawar bagi mereka yang mengalami distorsi identitas. Sedang pendekatan etis adalah dakwah yang berorientasi pada urusan muamalah sebagai perwujudan langsung dari cita-cita tertib dan susila agama. Dakwah dengan cara ini lebih ekspansif, tidak saja menyentuh perasaan umat sebagai unit keagamaan tetapi juga sebagai unit sosial. jadi dengan model pendekatan yang berbeda itu, di pedesaan dakwah Islam berperan sebagai penunjang pembangunan dengan merangsang fungsi kekhalifahan dari obyeknya, sementara di kota yang telah mengalami individualisasi dan elienasi sebagai efek samping dari pembangunan, dakwah Islam berperan sebagai penawar dengan merangsang fungsi pengabdian dari masyarakat obyek dakwah.
Dengan model pendekatan yang berbeda, dengan sendirinya substansi-materi dakwah yang disampaikan pun secara tematik harus berbeda. Untuk masyarakat kota materi dakwah lebih berorientasi ke arah hidayah sentris, yaitu materi yang akan menggugah kesadaran obyek dakwah bahwa keselamatan hanya akan diperoleh dengan petunjuk Islam. Mereka harus disadarkan tentang ketidak sempurnaan diri manusia, sehingga mereka insyaf bahwa hidayah Tuhan itu adalah kebutuhan asasi mereka sendiri. Materi dibidang pembinaan persatuan umat pun harus lebih menampilkan sisi emosi keagamaan, sehingga hubungan-hubungan interpersonal yang menyegarkan dapat hidup kembali. Sementara untuk masyarakat pedesaan materi dakwah harus lebih berorientasi rasio sentris, yaitu pendekatan dengan materi yang menggugah daya rasio mereka dalam beragama sehingga lebih mendorong fungsi kekhalifahan mereka dalam kehidupannya (Nasruddin Harahap, 1992).
Pendekatan dakwah yang ditawarkan oleh Koentowidjoyo di atas sesungguhnya tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Ali Shariati, dimana pendekatan dakwah yang ditawarkan selalu mengacu kepada kemana umat tersimpangkan, atau dengan kata lain pendekatan dakwah yang ditawarkan merupakan upaya untuk mengembalikan ummat dalam posisi keseimbangan antara lahir dan batin, antara fungsi kekhalifahan dan fungsi sebagai abdi, serta antara dunia dan akherat. #

Tidak ada komentar: