Pembentukan Jaringan Komunuikasi Islam
I. Pendahuluan
Islam adalah agama yang membawa kemaslahatan atau rahmatan lilalamiin. Dalam islam sendiri telah banyak sekte-sekte keagamaan dalam memahami islam. Sekte-sekte tersebut semuanya memili epistemologi masing-masing dalam memahami ajaran islam. Sehingga bermunculanlah kelompok-kelompok islam yang memiliki visi ingin mengembalikan pada ajaran islam yang sesungguhnya. Seperti halnya dalam persepektif sosiologis type islam dapat digolongkan menjadi Islam Tradisionalis, Islam Fundamentalais, Islam Rasionalis, dan Islam liberalis. Belum lagi ditambah dengan ormas-ormas islam yang hidup dalam masyarakat islam sekarang ini.
Seperti halnya kelompok islam yang ada di bumi Indonesia sebut saja, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, FPI (Front Pembela Islam) dan JIL (Jaringan Islam Liberal). Belum lagi kelompok-kelompok islam yang ada diluar negara Indonesia. Seperti halnya Ikhwanul Muslimin, Pan-Islamisme dan Wahabisme. Idealnya, semua perbedaan itu dapat dijadikan sebagai kekayaan khazanah dalam memahami ajaran islam. Bukan dijadikan sebagai masalah keumatan dan menganggap diri yang paling benar.
Akhir-akhir ini, dalam realita sosial kemasyarakatan, masyarakat islam mengalami distorsi persatuan ummat yang telah digariskan dalam al-Qur’an. Banyak sekali kelompok-kelompok islam dengan ideologinya masing-masing yang saling menghakimi selain dirinya adalah salah.
Keadaan demikian sangatlah memprihatinkan bagi ummat islam itu sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi yang intens demi meminimalisir gesekan antar kelompok-kelompok islam. setelah 20 tahun seruan itu dikumandangkan kondisi umat Islam belumlah seperti yang diharapkan sebagai sesuatu yang benar-benar bangkit.
Umat Islam dunia masih saja dalam kondisi keterpurukan. Meskipun telah beberapa orang, kelompok dan organisasi yang mulai bangkit dan menyerukan hal yang sama sambil menyadarkan umat islam dan berkarya untuk membuktikan hal itu. Hingga saat ini praktis bisa dikatakan bahwa umat Islam memang masih sebagai sesuatu yang belum berarti bagi dunia. Demi islam sendiri maka dibutuhkan jaringan komunikasi yang mampu mengintegrasikan kepentingan-kepentingan islam menjadi senuah kekuatan yang besar, yang mampu membawa kemaslahatan ummat.
II. Permasalahan
Dengan acuan pendahuluan diatas, yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian Pembentukan Jaringan Komunikasi Islam
2. Prinsip Komunikasi Islam
3. Implikasi Pembentukan Jaringan Komunikasi Islam
III. Pembahasan
A. Pngertian Jaringan Komunikasi Islam
Jaringan merupakan saluran yang digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Sedangkan kata communicate berasal dari bahasa Inggris yang artinya: menceritakan atau menyampaikan. Sedangkan dalam kamus ilmiah komunikasi merupakan hubungan timbal bali dalam menyampaikan sesuatu.
Sehingga pengertian dari jaringan komunikasi Islam adalah Suatu proses interaksi antara dua orang atau lebih hasilnya manusia beroleh kesepahaman, yang dibenarkan selagi tiada perkara yang bertentangan dengan syariat.
Dari perspektif agama, Islam dilihat sebagai agama yang bersifat mission yang menganjurkan penganutnya supaya menyebarkan pesan kepada saudara-saudara muslim ataupun kepada bukan muslim. Setiap individu muslim dianggap komunikator agama atau da'i (pendakwah) di mana diwajibkan menyampaikan pesan berdasarkan pada kemampuan masing-masing.
Jaringan komunikasi ini selanjutnya merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari orang ke orang lain. Kedua, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Beberapa prinsip komunikasi Islam yang dinyatakan dalam al-Quran Surat An-Nahl: 125.
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Islam menerima segala bentuk peralatan komunikasi modern yang beraneka jenis, zaman kini yang menjadi elemen perantara asalkan ia tidak mendatangkan efek negatif kepada keaslian fitrah manusia yang memerlukan keamanan dan kebaikan. Bentuk-bentuk komunikasi islam dapat diwujudkan dengan Lisan, Tulisan dan Media elektronik dan cetak
B. Prinsip Komunikasi Islam
1. Bercakap dengan lemah lembut.
Ini berdasarkan firman Allah yang bermaksud " Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya ia telah melampaui batas dalam kekufuran. Hendaklah kamu berkata kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut semoga ia beringat atau takut"
2. Menggunakan perkataan yang baik-baik, sebgaimana firman Allah " dan katakanlah kepada hamba-hambaKU ( yang beriman) supaya mereka berkata dengan kata-kata yang amat bai,... ".
3. Menggunaan hikmah dan nasihat yang baik fiman Allah : " Serulah ke jalan Tuhanmu ( wahai Muhammad) dengan kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik.
4. Menguasai bahasa dan isi percakapan dengan kecerdasan akal dan pandangan. Rasulallah bersabda " Berbicaralah kepada manusia menrut akal (kecerdasan) mereka masing-masing.
5. Berbahas dengan cara yang lebih baik. Prinsip ini bersandarkan firman allah yang bermaksud :" .... dan berbahaslah dengan menreka ( yang engkau serukan itu) dengan cara yang baik ... "
6. Menyebut perkara penting berulang kali. Prinsip ini bersandarkan kepada amalan Rasulallah s.a.w " Apabila baginda mengucapkan sesuatu kata-kata, baginda mengulangi sampai 3 kali sehingga kata-kata itu difahami".
7. Mengatakan apa yang dikatakan. Prinsip ini bersandarkan firman Allah s.w.t : "wahai ornga-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak lakukan".
Peran komunikasi dalam kehidupan sebagai pendidikan, meyampaikan arahan atau perintah bertanya khabar dan bermusyawarah dalam berdakwah. Adapun cara Nabi s.a.w. berkomunikasi:
a) Suara jelas, tidak perlahan dan tidak terlalu kuat
b) Tidak cepat
c) Diulang-ulang tiga kali
d) Mengetahui latar belakang sasaran
e) Bahasa yang mudah
Komunikasi Islam adalah sistem komunikasi ummat Islam. Pengertian yang sederhana itu menunjukkan, bahwa komunikasi islam lebih fokus pada sistemnya dengan latar belakang filosofi yang berbeda dengan dengan perspektif komunikasi non-Islam. Dengan kata lain sistem komunikasi Islam didasarkan pada al-Qur’an dan Hadits Nabi muhammad SAW.
C. Implikasi Pembentukan Jaringan Komunikasi Islam
Globalisasi sebagai fenomena kekinian telah menimbulkan berbagai kecemasan dan kekhawatiran massif dalam masyarakat. Sebagai fenomena zaman seiring perkembangan teknologi informasi, globalisasi telah merasuk dalam kehidupan masyarakat pada abad dua puluh satu ini. Nilai-nilai kehidupan yang selama ini ada sebagai agama dan budaya masyarakat mengalami pergeseran yang signifikan.
Kehadiran dakwah sangatlah diperlukan demi menjawab problematika umat. Mereka menakutkan sebuah dunia yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan multinasional yang akan menyingkirkan hambatan yang membatasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan bebas dan pengejaran kepentingan-kepentingan korporasi. Dari fenomena inilah golongan kapitalis telah menghancurkan kemandirian nasional dan pemerintahan sendiri yang demokratis dimana-mana.
Kebanyakan kaum Muslim yang hidup dibelahan bumi selatan serin kali dramatis. Hasilnya, 85 % dari 1,5 milyar beriman dalam kemiskinan dan 60 % diantaranya buta huruf, ini disebabkan karena banyak presser dari kebijakan yang bertangan besi yaitu ikut kaum neo-liberal (IMF dan World Bank). Sebenarnya, yang berperan dalam era global saat ini adalah kelompok-kelompok kapitalis yang bermetamorfosis menjadi neo-liberalisme dan dapat menyengsarakan rakyat.
Begitu tertindasnya ummat islam didunia, dibawah tangan-tangan para neoliberal yang jahanam. Sebenarnya, Nabi dulu pun memerangi orang yang menindas (kaum kapitalis), yaitu riba yang eksploitatif (menguras).
Oleh karena itu, Ummat islam harus membangun kelompok Net Work Community (kelompok jaringan) yang mampu membawa islam sebagai jawaban atas permasalahan yang ditimbulkan oleh globalisasi.
Karena komunikasi merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. Sehingga tujuan dalam berkomunikasi adalah membentuk saling pengertian (mutual Understanding). Meskipun nyaris mustahil menyatukan ranah kognitif individu-individu dalam organisasi, tetapi melalui kegiatan komunikasi yang terencana dan substansi isinya terdesain, minimal terjadi proses penyebarluasan (difusi) dimensi-dimensi organisasi pada setiap orang.
Dari teori dia atas, ummat islam harus mampu mengkonsolidasikan diri demi menciptakan peradaban baru. Sangat mustahil sekali bila ummat islam ingin maju apabila hanya berpangku tangan tanpa adanya gerakan yang jelas. Dalam mengorganisir ini, pembentukan komunikasi publik (ummat islam) sangatlah mutlak dilakukan dalam meneruskan perjuangan Nabi Muhammad dalam melawan penindasan dimuka bumi. Dengan adanya pembentukan komunikasi setidak-tidaknya ummat Islam mampu menyatukan visi dan tidak mudah bercerai berai.
Dengan begitu, dalam pembentukan jaringan komunikasi Islam, terdapat nilai-nilai dakwah. Yaitu adanya usaha untuk mengajak manusia (ummat Islam) menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan. Menurut Amrullah Ahmad, untuk mencapai tujuan tersebut iman manusia perlu diaktualisasikan dan dimanifestasikan dalam sistem kegiatan yang dilaksanakan secara teratur pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dengan menggunakan cara-cara tertentu.
IV. Kesimpulan
Pembentukan jaringan komunikasi islam sangatlah diperlukan itu demi meneruskan perjuangan nabi untuk menciptakan kemaslahatan ummat dari penindasan dan eksploitasi. Kehancuran ummat islam adalah karena tidak adanya persatuan dalam menyatukan visi. Apalagi di zaman global sekarang yang notabene ummat islam banyak yang miskin dan bodoh akibat kaum kapitalis yang berselingkuh dengan elit politik, haruslah dihancurkan. Salah satu cara m,enghancutrkan sistem itu adalah bersatu. Namun persatuan tidak akan berjalan dengan baik bila tidak dengan komunikasi yang yang telah dipraktekkan oleh nabi dalam al-Qur’an.
V. Saran
Sungguh kecongkakan dan kesombongan intelektual bila pemakalah menganggap pemaparan dalam makalah ini sempurna atau bersifat final. Oleh karena itu, pemakalah berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini berkenan memberikan kritik yang konstruktif ataupun mendekonstruksi substansi maupun metodologi bila memang diperlukan. Demikian pemaparan mengenai Pembentukan Jaringan Komunikasi Islam. Tentunya dalam pemaparan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi substansi materi maupun segi metodologi istinbat hukum. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kancah intelektual.Amiin.
Daftar Pustaka
- A. Devito, Joseph, Komunikasi Antar Manusia, Jakarta: Profesional Books, cet. V., 1997.
- Ali, Asghar Enginer, Islam dan Pembebasan, Terjemahan oleh Harius Salim dan Imam Baehaqi, LKis: Yogyakarta, 1993.
- Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima Duta, 1983.
- A. Partanto Pius dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka, 1994.
- http://islampemikiran.blogspot.com/2008/09.problematika ummat islam dan alternatif html.
-
- M. Echol, John dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia; an English-Indonesian Dictionary, Jakarta: PT. Gramedia, Cet. XXI., 1995.
- Gilpin, Robert dan Jean Millis Gilpin, Tantangan Kapitalisme Global Ekonomi Dunia Abad ke-21, Murai Kencana: Jakarta, 2002.
- Muis, Andi Abdul, Komunikasi Islam, Remaja Rosda Karya: Bandung, 2001.
- Panuji, Redi, Komunikasi Organisasi dari Konseptual Teoritis ke Empirik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2004
- Ramadan, Tariq, Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat dan Tantangan Modernitas, Teraju: Jakarta, 2003.
- Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV Alwaah, 1993.
#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar