Idealisme yang Tergadaikan
Pemilihan presiden (pilppres), sebentar lagi akan dilaksanakan. Segenap partai politik yang mampu mencapai lebih dan mendekati 20% dalam pemilihan legislatif (pilleg) pun ribut menentukan siapa yang akan dijadikan teman koalisi. Para partai tingkat menengah dan gurem pun turut memanaskan konstalasi perpolitikan. Banyak partai tingkat menengah yang melamarkan diri untuk mengisi calon wakil presiden (cawapres). Sebut saja partai Gerinda, Hanura, PKS, PPP, PKB dan PAN, yang sangat getol dan aktif dalam menjalin koalisi dengan partai yang mampu mendekati dan mencapai angka 20%. Yang sangat mengecewakan adalah partai-partai yang berasaskan islam. Disaat negara menampakkan kebobrokan moralnya, dan partai islam dijadikan sebagai wadah yang tepat untuk ummat demi menyelamatkan negara dari keterpurukan, partai-partai islam tidak mampu menampakkan kemandiriannya dalam berpolitik. Partai politik yang berasaskan islam terkesan membebek demi kedudukan dan kekuasaan dalam kabinet dan parlemen. Konsekuensi yang harus ditanggung oleh partai islam adalah menggadaikan idealisme yang telah dibangun dalam visi dan misi partai. Sungguh sangat ironis sekali partai-partai islam tidak mampu menampakkan kesatuan visinya dalam membangun negara. Bagaimana mungkin syari’at ditagakkan kalau wadahnya sudah bias dengan kekuasaan. Idealnya, partai islam mampu menunjukkan kemandirian partai bukan menampakkan ketidakmampuan partai. Bila kita melihat sejarah, pada pemilu yang telah lewat banyak partai islam yang mampu menunjukkan kemandiriannya, sebut saja Masyumi. Partai inilah yang harus dicontoh oleh partai islam dalam kancah perpolitikan sekarang ini.
Dengan biasnya partai islam terhadap idealisme yang telah dibangun sekarang ini mengindikasikan bahwa partai islam telah mengobok-obok wilayah yang paling skral (tuhan). Nama tuhan yang suci telah diperkosa dan dibopong kesana-kemari untuk memenuhi target politik tertentu. Demi mencegah sigma masyarakat pada partai politik islam yang selalu mehjadikan ayat-ayat tuhan sebagai lips politiknya, selayaknya partai islam mampu menjaga idealisme dan konsistensi dengan mainstream yang telah dibangun. Bukan menggadaikan idealisme dan bukan kekuasaan yang dijadikan tujuan. Melainkan menunjukkan kemandirian partai dan membawa ke arah perubahan yang lebih baik demi kemaslahatan ummat. Tujuan jangka panjang telah menunggu partai islam untuk menciptakan peradaban yang lebih baik.
#
animation
tentang penulis

- Musthofa'
- akhirat, neraka, Indonesia
- berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan
Selasa, 16 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar