animation

tentang penulis

Foto saya
akhirat, neraka, Indonesia
berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan

Selasa, 16 Juni 2009

mempertanyakan pemilu

PEMILU YANG MEMALUKAN

Oleh: Musthofa

Pemilihan umum pada tanggal 9 April 2009, yang telah lewat merupakan sebagai momentum yang tepat dalam memilih sosok pemimpin yang capable. Pemimpin yang memperjuangkan kemaslahatan rakyat secara luas. Pemilu juga merupakan manifestasi dari negara demokrasi sebagai wadah terdepan harapan rakyat yang harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Banyak sumber daya yang telah terkorbankan dalam melaksanakan pemilu tersebut. Mulai dari saat kampanye, memungut suara dan melaporkan hasil dari pemilihan tersebut. Pelaksanaan tersebut membutuhkan tenaga dan materi yang tidak sedikit. Namun, pemilu yang notabene adalah garda utama harapan rakyat telah mulai tertempel noda. Sebelum pemilu dilaksanakan, telah terjadi kekacauan pendistribusian surat suara ke daerah-daerah. Kesimpangsiuran akan aturan pemilu juga telah memberikan sorotan pada Mahkamah Konstitusi, yang mengemban tugas pembuat aturan main pemilu. Belum lagi masalah pada DPT (Daftar Pemilih Tetap) yang sangat merenggut hak para pemilih. Kejadian ini telah menyorot, kinerja Departemen Dalam Negeri yang sangat kacau dalam pendataan penduduk. Dari permasalahan DPT ini, Banyak calon pemilih yang tidak terdaftar dalam pemilu. Kejadian ini sangatlah mencoreng wajah KPU (Komisi Pemilihan Umum). Sehingga dari beberapa fenomena ini, yang menjadi kambing hitam adalah KPU. KPU sebagai kambing hitam sangatlah wajar, karena dalam pemilihan umum, KPU sering disebut sebagai garda terdepan dalam menyelenggarakan pemilu. Belum lagi budaya Caleg (calon legislatif) yang melakukan (Money Politik) politik uang demi sebuah kekuasaan, turut memperkeruh konstalasi perpolitikan di negeri ini. Budaya masyarakat pun turut mendukung terjadinya Money Politik. Keadaan ini sungguh sangat memprihatinkan. Bila prilaku tersebut terus berlanjut dan tidak ada penanganan yang intens, tidak menutup kemungkinan budaya korupsi di korps dewan sangat terbuka lebar seperti yang telah kita rasakan. Imbas dari prilaku negatif ini yang sangat dirugikan adalah rakyat. Memang benar semboyan negara demokrasi, yaitu dari rakyat, oleh rakyat,dan untuk rakyat (kesengsaraan). Sudah berapa banyak dana yang telah terkuras dalam menjalankan pemilu, namun hasilnya kurang memuaskan pada semua pihak kontestan pemilu. Pelanggaran pun tak luput telah dilakukan oleh semua komponen pelaku pemilu. Mulai dari membagi-bagikan sesuatu dan kampanye sembarangan. Dari fenomena yang terjadi, budaya materialisme dan pragmatisme telah merubah wajah masyarakat indonesia yang santun, lembut dan sopan. Bila dibandingkan dengan pemilu tahun 2004 yang lalu, pemilu tahun 2009 ini, sangatlah jauh dari memuaskan. Karena banyaknya prilaku negatif yang telah terlihat.
Dampak psikologis caleg pun dipertaruhkan setelah tahu berapa banyak suara yang diperoleh. Bahkan, fenomena yang sering terdengar sekarang adalah, banyak caleg yang depresi akibat harapannya yang punah. Sehingga banyak caleg yang merelakan dirinya ditaruh ditempat penyembuh kejiwaan. Kejadian ini, sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia dimata dunia. KPU pun mulai diragukan kinerjanya oleh sebagian masyarakat. Inikah potret demokrasi yang dielu-elukan? Sungguh pesta demokrasi yang ironis. Pemilu yang sepatutnya berjalan dengan tertib dan teratur telah menampilkan adegan-adegan yang tak patut dilakukan. Peristiwa yang sangat kontra produktif dalam sebuah bangsa demokrasi. Sayogyanya, semua entitas yang melangsungkan pemilu dapat berbenah diri dan dapat merenungkan kejadian yaang seharusnya tidak terjadi. Semoga dari semua kejadian ini, dapat mencambuk para pelaku pemilu agar dalam menyongsong pemilihan presiden kelak lebih baik dan lebih siap. Semua itu harus menumbuhkan kesadaran di semua lini. Memang menumbuhkan kesadaran sangatlah sulit, namun tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi masyarakat yang cerdas dalam pemilu-pemilu yang akan datang.


(Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang. Jurusan: Hukum Pidana dan politik Islam) #

Tidak ada komentar: