Menyoal tentang visi partai-partai islam di indonesia
By: Musthofa Adiyaksa
Sejak terjadi masa transisi dari Orba (orde baru) ke reformasi,pada tahun 2004 tepatnya pada waktu kita melaksanakan pemilu (pemilaihan umum) banyak sekakali partai-partai berasaskan islam yang bermunculan, sebut saja PKB, PPP, PBB, dan PKS. Ini merupakan babak baru dimana pada waktu tahun 60-an telah ada partai islam, yaitu Masyumi. Namun lambat laun partai berasaskan islam ini hilang ditelan sang zaman. Maka dari itu, untuk menjaga eksistensi partai-partai islam itu harus berhati-hati dalam konstelasi politik yang telah bergulir di negara ini. Tidak mudah membuat partai berasaskan islam. Hal itu akan menjadi bumerang dan tantangan tersendiri bagi masyarakat muslim sendiri. Karena realitas sosial yang telah terjadi banyak stigma masayarakat yang memandang agama merupakan biang kehancuran.
Sebagai ummat islam pastilah bangga karena telah ada wadah untuk mengaspirasikan haknya. Namun yang menjadi masalah adalah dengan banyaknya partai islam di atas belum menunjukkan adanya kesatuan visi yang jelas. Apakah yang dituju hanya sebatas kekuasaan atau untuk membuat keadaan lebih baik. Inilah pertanyaan yang paling besar dan belum terpecahkan sampai sekarang. Membedakan antara kerakusan dan kesadaran berpolitik. Bila kita refleksikan sejenak partai-partai islam memiliki karakteristik yang berbeda. PPP, PKS dan PBB terkesan fundamental sedangkan PAN dan PKB terkesan liberal. Dari karakteristik ini sehingga yang diangan-angankan dari kedua model partai ini sangatlah berbeda. Karena semua memiliki epistemologi yang berbeda. Bahkan dari kedua model partai ini, terkesan bias dengan visi yang diangan-angankan, ini mengimplikasikan sebuah persaingan meraih singgasana semata.
Sayogyanya partai yang berasaskan islam mempunyai visi yang jelas yaitu negara akan diarahkan kemana, serta memiliki misi yang konkrit. Dan yang lebih penting lagi dapat diterima non muslim maupun muslim sendiri. Kalau kita flas back sejenak, politik dilakukan oleh rasul semasa memerintah madinahm, islam telah menancapkan cakar politiknya di Madinah, dengan ditandai dengan piagam madinah. Islam pun bisa diterima dengan lapang dada oleh banyak kalangan, meskipun banyak suku yang berbeda di kota Madinah. Dapat dikatakan bahwa pada era rasul Islam Yes, Partai Islam No. namun dewasa ini, partai islam sangatlah jauh dari terget yang digariskan. Dalam perolehan suara kalah mutlak dengan partai Nasional. Meskipun kita hidup di alam yang demokrasi, yaitu salah satunya ditandai dengan kebebasan berpolitik, kita juga harus memiliki visi yang universal, bukan sekedar kenikmatan pada kelompok tertentu.
Dalam berpolitik idealnya mentransformasikan nilai-nilai agama kepada manusia yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan kepada publik. Berpolitik bukanlah menjual ayat-ayat tuhan atau atas nama tuhan yang selalu bersembunyi dibalik teks tuhan sebagai legitimaasi. Dapat dikatakan bahwa hal ini sangat melanggar HKI (hak atas kekayaan intelektual) tuhan. Hal ini sungguh sangat disayangkan sekali. Berpolitik bukan hanya sekedar kata-kata tapi lebih dari itu. Esensi berpolitik diindahkan sama sekali. Andai kata semua partai islam memiliki visi yang sama meskipun manifestasinya beda. dan tidak terkesan saling merebut sebuah kursi kekuasaan belaka mungkin asas islam bukan sekedar penghias partai tapi juga sebagai ruh dalam mentransformasikan nilai-nilai agama. Oleh karena itu, dengan kekalahan telak yang menimpa partai islam sayogyanya dijadikan sebagai renungan dan sebagai tantangan.
#
animation
tentang penulis

- Musthofa'
- akhirat, neraka, Indonesia
- berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan
Rabu, 13 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar