animation

tentang penulis

Foto saya
akhirat, neraka, Indonesia
berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan

Jumat, 18 Juni 2010

peradaban islam dalam mewarnai sejaran peradaban dunia

Islam lahir merupakan sebagai anti tesis terhadap kondisi bangsa Arab pada masa itu. Peradaban pada masa itu betapa statis dan tidak berkembang. Dalam menyelesaikan suatu masalah pasti dengan kekerasan, peperangan, penindasan dan pendzaliman terhadap golongan atau suku yang lemah. Hal demikian mengindikasikan bahwa akal-budi tidak begitu diberi ruang yang proporsional dalam bersikap. Kalau menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori “challenge and respons”. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna melestarikan kelangsungan hidupnya. Jika kita melihat keadaan bangsa Arab saat itu, dengan pendekatan teori peradaban Toynbee tidak terjadi sebuah peradaban akan tetapi terjadi sebuah zaman kegelapan (The Dark Age). Namun, setiap zaman pasti ada tokoh yang mampu membawa perubahan. Adalah Muhammad bin Abdullah atau kalau dalam agama Budha disebut sebagai Budha Maytrea telah dimuntahkan oleh alam untuk membangun peradaban di dunia yang berlandaskan ketauhidan terhadap Allah.

Islam lahir, bukanlah pada waktu Muhammad dimuntahkan oleh alam, akan tetapi ketika Muhammad memperoleh pesan dari tuhan untuk membawa ajaran kebenaran, ketika Muhammad berumur 40 tahun, tepatnya pada tahun 571 M. Pada masa ini terbagi dua kloter perjuangan Muhammad. Pada awal perjuangannya Muhammad berusaha meyakinkan penduduk Makkah. Namun, tuhan kelihatannya belum memberikan lampu hijau kepada muhammad untuk menyampaikan risalahnya secara mendalam. Sistem ajaran yang disampaikan pun berupa sistem keyakinan. Setelah itu, Muhammad menjalankan hijrah ke Yastrib (Madinah). Disinilah Muhammad memperoleh momentumnya dalam menapak tilas pesan tuhan untuk manusia. Begitu dahsyatnya, di Madinah ajaran Islam memperoleh peluang yang lebar dalam mengepakkan sayap ajarannya. Dengan seiring berjalannya waktu, Makkah pun mampu membuka hati untuk Muhammad, yang dikenal dengan “Fath al-Makkah”. Saat inilah Arab telah terbentuk sebagai peradaban yang berlandaskan Sosio-Religius dengan akhlak yang mulia. Betapa tidak, Muhammad telah memegang peranan penting dalam menggembala ummatnya kepada kebenaran yang sejati sehingga terbentuk peradaban Islam yang sangat menakjubkan.
Dengan wafatnya Muhammad, digantikan dengan shahabat-shahabat beliau (632-661 M). Meskipun ada beberapa permasalahan semenjak ditinggalkan oleh Muhammad, namun dalam menjalankan amanah, shahabt-shahabt beliau mampu membawa ummat dengan ajaran senada dengan Muhammad. Setelah itu, Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam. Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah). Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab. Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa keemasan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta emas sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd, Averroisme, dan al-Farabi sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat juga seorang filsuf Muslim. Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Kholdun. Masih ada lagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya.
Bahkan menurut salah satu tokoh orientalis Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”. Di satu sisi yang lain Ernest Gellner, dengan teori Triad-nya dalam pembentukan suatu sistem demokrasi, yang mana warga sipil, umat Marxis, dan umat Islam berada dalam satu lingkup persaingan. Akan tetapi umat Islam tetap eksis dalam percaturan ini, walaupun pada kondisinya Islam secara mentalitas dan kultur bersifat kaku dan baku. Akan tetapi mampu bersaing dengan disertai otoritas politik dan primordialisme yang sama sekali asing dan berbeda dengan nilai-nilai liberal. Dengan demikian, jelaslah bahwa peradaban Islam itu ada bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Marshal G.S. Hodgson, dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan pesan dengan seobyektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta pengaruhnya terhadap peradaban Barat. Dari beberapa pendapat tersebut, memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Betapa dahsyatnya dunia Islam pada masa itu, lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang benar Islam sangat berperan dalam mewarnai peradaban sekarang? #

Tidak ada komentar: