AYAT-AYAT TENTANG METODE PENGAJARAN
Pengajar tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman pada yang diajar, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadiannya. Mengingat perkembangan komunikasi informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi masyarakat. Tugas pengajar dalam konteks ini membantu mengkondisikan masyarakat pada sikap, perilaku, atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agent of modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai.
Al Qur'an merupakan sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al Qur'an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kuffah), diperlukan pemahaman terhadap kandungan al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.
Ayat-ayat tentang metode pengajaran
1. Surat Al-Maidah: 67
2. Surat Al-Nahl: 125
3. Surat Al-a’raf 176-177
4. Surat Ibrahim 24-25
1. Surat Al-Maidah: 67
•• •
Artinya: Hai rasul, sampaikan lah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu, berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Hai rasul, sampaikan lah semua apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, janganlah kamu menyembunyikan nya karena takut dibenci dan tertimpa bahaya.
Jika tidak kamu kerjakan apa yang diperintahkan itu (tidak menyampaikan semua apa yang diperintahkan), berarti kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Dan jika kamu menyembunyikan sebagian dari amanatnya, maka berarti kamu menyembunyikan atau tidak menyampaikan semua amanatya.
••
Allah memelihara kamu dari gangguan manusia (orang yang mau mencelakakan mu dan membunuh mu).dan menolongmu dalam mengalahkan musuh-musuhmu, maka janganlah takut dalam menyampaikannya. Tidak ada seorangpun yang bisa mengganggu mu.
••
yang dimaksud adalah orang-orang kafir, yang dalam penyampaian wahyu itu termuat keterangan tentang kekafiran dan kesesatan mereka, termasuk rusaknya akidah dan perbuatan mereka.
•
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. Yaitu orang-orang kafir yang hendak menganiaya kamu atas sesuatu yang kamu sampaikan.
Allah Ta’ala berfirman sambil mengkhitabi Hamba dan Rasulnya Muhammad SAW. Dengan ungkapan Rasul dan menyuruh Rasulnya untuk menyampaikan semua perkara yang dibawa nya dari Allah. Dan Nabi SAW. Telah melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan sempurna. sehubung dengan penafsiran ayat ini, bukhari meriwayatkan dari aisyah r.a. dia berkata “barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah kepadanya maka sungguh berdustalah orang itu.”(H.R Bukhari-Muslim)
Diriwayatkan pula dalam shahihain bahwa Aisyah berkata:
لوكان محمد صلى الله عليه وسلم كاتماشيأ من القرأن لكتم هذه الآية "وتخفي في نفسك ما الله مبديه وتخشى الناس والله أحق أن تخشاه"(رواه البخاري ومسلم)
Artinya: jika Muhammad menyembunyikan sesuatu dari Al-Qur’an, niscaya dia menyembunyikan ayat ini, “Dan kamu menyembunyikan didalam hatimu apa yang akan Allah nyatakan dan kamu takut kepada Manusia, sedang Allah lah yang lebih berhak kamu takuti”(HR Bukhari dan Muslim).
2. Surat Al-Nahl: 125
• •
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(ادع) ادع الناسSerulah Manusia :
( ) اى دينهAgama Tuhanmu :
potongan ayat yang berbunyi…….
Maksudnya adalah serulah wahai Umatmu wahai para Rasul dengan seruan agar mereka melaksanakan Syari’at yang telah ditetapkannya berdasarkan Wahyu yang diturunkannya, dengan melalui Ibarat dan nasehat yang terdapat didalam Kitab yang diturunkannya. Dan hadapilah mereka dengan cara yang lebih baik dari lainnya sekalipun mereka menyakiti mu, dan sadarkan lah mereka dengan cara yang baik.
Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil dan menghilangkan perkara yang tidak jelas.
Kata )( berasal dari kata ( وعظ ) yang berarti nasihat. adalah uraian yang menyentuh hati yang mengantar kepada kebaikan.
Kata )( berasal dari kata (جدال) jidaal yang bermakna diskusi atau bukti-bukti, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya oleh orang yang memaparkan nya saja. adapun pemaparan nya dengan cara yang baik dan lembut tidak dengan perkataan yang kasar. sedangkan Jidal terdiri dari tigamacam, yang buruk adalah yang disampaikan dengan kasar, yang mengundang kemarahan lawan serta yang menggunakan dalil-dalil yang tidak benar. Yang baik adalah yang disampaikan dengan sopan, serta menggunakan dalil-dalil yang dapat diakui oleh lawan. Yang terbaik adalah yang disampaikan dengan baik, dan dengan argumen yang benar, lagi membungkam lawan.
• • potongan Ayat
Maksudnya adalah bahwa sesungguhnya tuhanmu lebih mengetahui dengan apa yang berjalan dan di perselisihkan kan, dan juga lebih mengetahui cara yang harus ditempuh sesuai yang hak.
Keterangan: ajak lah umat manusia kepada agama Allah dengan cara kebijaksanaan dan pengajaran yang baik. Berdiskusi lah dengan mereka dengan jalan yang sebaik-baiknya. Allah lebih mengetahui orang-orang yang sesat dijalan agamanya dan orang-orang mendapatkan petunjuk nya.
Dalam ayat ini Allah menerangkan bagaimana cara melaksanakan penyiaran Agama Allah kepada semua umat Manusia, yaitu dengan cara kebijaksanaan bukan dengan cara paksaan dan kekerasan atau dengan cara mencela dan memaki atau dengan perkataan yang kasar yang jauh dari adab kesopanan, sebagaimana yang diperbuat oleh sebagian orang yang tidak mempelajari cara da’wah menurut petunjuk Al-Qur’an. Oleh sebab itu hendaklah Ulama’-ulama’ dan penyiar-penyiar Agama memakai cara kebijaksanaan itu untuk menarik umat Manusia kepada Agama Allah, karena Manusia dapat ditarik dengan cara kebijaksanaan bukan dengan cara kekerasan.
Begitu juga hendaklah menyeru umat Manusia itu dengan pengajaran yang baik, dengan dalil dan keterangan yang dapat difaham mereka.
Sebab itu wajib bagi para ulama’-ulama’ dan penyiar-penyiar agama mengetahui bermacam-macam Ilmu Pengetahuan yang diketahui oleh masyarakat yang diseru nya, supaya dapat disesuaikan dengan ajaran Agama, sehingga dapat diterima oleh akal mereka yang terdidik dengan ilmu pengetahuan itu. Kalau tidak, niscaya mereka akan menolak ajaran agama tersebut, karena bertentangan dengan ilmu pengetahuan mereka. Setidaknya para ulama-ulama dan para penyiar-penyiar agama mengetahui ilmu Dunia dan Akhirat, baru mereka melaksanakan pekerjaannya yang berat itu.
3. Surat Al-a’raf 176-177
Artinya: Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.
Potongan ayat diatas maksudnya: kalau Allah menghendaki maka Allah akan meningkatkan derajat orang itu dengan ilmu yang telah diberikan keadanya, tentulah Allah mampu berbuat seperti demikian.
• •
Potongan Ayat diatas maksudnya adalah: Orang itu menentukan pilihan nya ke jalan yang sesat, dia berpaling dari ilmunya sendiri dan lebih cenderung kepada dunia, dan seluruh perhatiannya dalam hidupnya dia arahkan untuk menikmati kelezatan-kelezatan jasmani dan tidak dia arahkan kepada kehidupan rohani. Segala petunjuk dari Allah dilupakan nya suara hati nurani nya tidak didengarnya lagi.
Demikian pula perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Mereka menentang nya, baik disebabkan kebodohan mereka maupun disebabkan fanatisme mereka terhadap dunia yang menyebabkan mereka menutup mata terhadap suatu kebenaran dan meninggalkan nya. Mereka menyadari yang dibawa Muhammad SAW, dan mengakui kesesatan dan kesalahan nenek moyang mereka setelah mereka merenungkan bukti-bukti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Tetapi kesadaran dan pengakuan demikian itu lenyap dari jiwa mereka disebabkan hawa nafsu mereka kepada kenikmatan duniawi, misalnya ingin kekuasaan dan kekayaan.
Maka cerita orang yang banyak mempunyai persamaan dengan kaum penentang ayat-ayat Allah itu, patut diberikan kepada mereka harapan agar mereka mau merenungkan dan memikirkan ayat-ayat dengan jujur dan obyektif lepas dari rasa permusuhan dan kepentingan pribadi.
Kedua ayat diatas memberikan perumpamaan orang yang ber pengetahuan, sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya seperti melekatnya kulit pada dagingnya. Namun dia menguliti dirinya dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya. Dia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya. Biasanya yang terengah-engah adalah yang letih atau kehausan membutuhkan air, tetapi anjing terengah-engah bukan hanya ketika letih ataupun haus, tapi sepanjang hidupnya dia selalu demikian. Sama dengan orang yang memperoleh pengetahuan tetapi terjerumus mengikuti hawa nafsunya. Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan buruk.
Dari Ayat tersebut juga bisa jadi tinjauan kita menggunakan metode menakut-nakuti dan memikirkan Nikmat ini telah memfokuskan perhatian mereka terhadap apa yang mereka rasakan berupa nikmat ditempatkan nya dimuka bumi, dan dijadikannya bumi itu sebagai tempat tinggal mereka yang dilengkapi berbagai pemenuhan kebutuhan pokok dan kesempurnaan manusia.
4. Surat Ibrahim 24-25
• ••
Artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah Telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
Perumpamaan yang disebut dalam ayat diatas ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung kalimat tauhid, seperti “la ilaha illa llah ” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran: kata-kata seperti itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi, dan dahannya rimbun menjulang ke langit. Pohon yang baik itu dalam peradaban Indonesia digambarkan “akarnya tempat bersila, batangnya tempat bersandar, dahannya tempat bernaung, dan buahnya lezat dimakan. Artinya memberi banyak manfaat”.
• ••
Ayat diatas menggambarkan, bahwa pohon itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia, dengan seijin Tuhannya. Sebab itu manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah, karena pada hakikatnya pohon itu adalah rahmat dan nikmat dari Allah SWT.
Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar membiasakan dari menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan sopan santun nya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengar nya.
Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan Ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap orang yang memperoleh Ilmu dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu yang telah diperolehnya melalui karunia dan rahmat Allah SWT.
KESIMPULAN
Dari beberapa pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan
1. Suruhan untuk menyampaikan semua perkara yang dibawa nya dari Allah. Melaksanakan perintah itu dan menjalankan risalah dengan sempurna
2. Cara melaksanakan penyiaran Agama Allah kepada semua umat Manusia, yaitu dengan cara kebijaksanaan bukan dengan cara paksaan dan kekerasan atau dengan cara mencela dan memaki atau dengan perkataan yang kasar yang jauh dari adab kesopanan, sebagaimana yang diperbuat oleh sebagian orang yang tidak mempelajari cara da’wah menurut petunjuk Al-Qur’an.
3. Perumpamaan orang yang ber pengetahuan, sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya seperti melekatnya kulit pada dagingnya. Namun dia menguliti dirinya dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya. Sebagai tinjauan kita menggunakan metode menakut-nakuti dan memikirkan Nikmat ini telah memfokuskan perhatian mereka terhadap apa yang mereka rasakan berupa nikmat ditempatkan nya dimuka bumi, dan dijadikannya bumi itu sebagai tempat tinggal mereka yang dilengkapi berbagai pemenuhan Kebutuhan pokok dan kesempurnaan manusia
4. Mengajarkan kepada semua ummat agar membiasakan menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain.
Daftar pustaka
- Abdullah, Imam bin Ahmad bin Mahmud An-Nasafi, tafsir An-Nasafi, Bairut Libanon: Darul Ilmiyah, tt.
- Al Munawar, Said Agil Husin, AI Qur'an : Membangun Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, Cet. 3, 2003.
- Dasuki, Hafidz, M. A, Dkk, Al-Quran dan tafsirnya, Vol. V. Yogyakarta, Dana Bakti Prima Yasa. tt.
- Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung: C.V. Diponegoro.2003
- Muhammad, Jalaluddin bin Ahmad Al- Mahaly, Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakrin As-Suyuthy, tafsir Al-Qur’an Al- Adhim (tafsir jalalain), Semarang: Thaha Putra,tt.
- Musthaafa, Ahmad Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Semarang: Thaha Putra,tt.
- Nasib, Muhammad Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Jakarta: Gema Insani Press,2001.
- Nata, Abuddin, MA. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2002.
- Saltut, Mahmud, Tafsir Al-Qur’anul Karim (pendekatan saltut dalam menggali frensi Al-Quran), Bandung: C.V. Diponegoro, tt,
- Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, vol. 5, Jakarta: Lentera Hati, 2002
- Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, vol. 7, Jakarta: Lentera Hati, 2002
- Yunus, Mahmud, Tafsir Quran Karim, Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 2004.
#
animation
tentang penulis

- Musthofa'
- akhirat, neraka, Indonesia
- berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan
Selasa, 27 Oktober 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar