animation

tentang penulis

Foto saya
akhirat, neraka, Indonesia
berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan

Rabu, 30 September 2009

Tuhan Tak menginginkan Kemapanan

Tuhan Tidak Menginginkan Kemapanan
Kemapanan yang termanifestasikan dalam bentuk rutinitas membuat diri kita menjadi tumpul. Itulah sebuah ungkapan yang terlontar dari Cak Komarudin. Seorang filsuf yang bernama Hrakleitos asal Yunani pun berpandangan bahwa, “segala sesuatu itu mengalir tidak ada yang tetap”,Bila direnungkan lebih dalam ungkapan tersebut akan mencapai sebuah kebenaran yang akan diejawantahkan dengan anggukan kepala. Mengapa tidak, setiap orang yang terjebak dengan kemapanan, akalnya tidak terfungsikan secara optimal. Padahal dalam kalam Allah banyak sekali nasehat-nasehat untuk selalu aktif berfikir. Itu artinya sebenarnya naluri manusia adalah ketidakmapanan.
Makro Cosmos pun tak suka kemapanan
Banyak sekali fenomena alam yang menawarkan pada kita untuk lebih memikirkan proses terjadinya sesuatu. Alam selalu berjalan dengan siklus sebagai manifestasi sunnatullah. Coba lihat saja, matahari terbit dari timur dan tenggelam memejamkan sinarnya diufuk barat. Perhatikan saja proses terjadinya siklus hidrologi (hujan), kejadian tersebut membuktikan bahwa tidak adanya kemapanan di alam ini. Matahari menyerap air di bumi setelah matahri puas meneguk air dari daratan bumi yang dimanifestasikan dengan proses penguapan, maka turunlah hujan, lalu air hujan pun diserap oleh tanah, ada yang mengalir ke laut dan diserap oleh tumbuh-tumbuhan. Sekali lagi makro cosmos tidak menginginkan sebuah kemapanan.
Mikro Cosmos Ikut Juga
Lalu bagaimana mikro cosmos atau lebih familiernya adalah manusia. Bila ditelisik lebih dalam, tidak ada yang bersifat mapan dalam diri manusia. Secara alami, asala manusia adalah dari setetes air yang menjelma makhluk berfikir yang melewati berbagai metamorfosis dalam rahim ibunya. Setelah dilahirkan si manusia akan tumbuh hingga menjadi bocah, dari bocah berubah menjadi seorang anak muda, dari anak muda menjadi orang tua yang kian rapuh. Pola berfikirpun turut mewarnai perubahan umur si manusia.
Dengan fenomena itu, mengapa kita suka kemapanan……? Sungguh sangat riskan sekali orang-orang yang suka dengan kepanan. Seyogyanya ketidakmapanan yang tak disadari itu mampu diadopsi kedalam memikirkan permasalahn kehidupan sebagai persiapan menghadp tuhan.
Ketidak Mapanan Sebagai Anti Tesis
Mungkin banyak sekali kemapanan-kemapanan yang membuat kita muak merasakannya. Banyak sekali anomai social dalam keadaan mapan. Kejadian ini sebenarnya peringatan bagi kiuta agar tidak enak dengan kemapanan. Dengan adanya kemapananyang tidak memihak pada ummat, itu mengindikasikan bahwa dalam kehidupan tidak ada sesuatu yang mapan. Ketidak mapanan adalah sebagai anti tesis (watc dog) dari kemapanan dalam mencapai kemaslahatan. Bila kita memaknai kehidupan ini dalam perspektif sejarah adalah sebuah siklus kehidupan maka yang semula ada sebuah tesis maka muncullah sebuah anti tesis. Dengan begitu, lahirlah sintesis, dan sintesis ini akan menjadi tesis dan lagi-lagi ada antesis. Itulah keunikan scenario yang tuhan buat, mampu membuat kita berjalan terus tanpa henti. #

Tidak ada komentar: