Manusia adalah makhluk Allah SWT yang dimuliakan, sehingga Anak adam ini dibekali dengan sifat-sifat yang mendukung untuk itu, yaitu seperti akal untuk berfikir, kemampuan berbicara, bentuk rupa yang baik serta hak kepemilikan yang Allah sediakan di dunia yang tidak dimiliki oleh makhluk-makhluk lainnya. Tatkala Islam memandang manusia sebagai pemilik, maka hukum asalnya ia tidak dapat dijadikan sebagai barang yang dapat dimiliki atau diperjual belikan, hal ini berlaku jika manusia tersebut berstatus merdeka. Tapi di zaman modern ini tidak ada manusia yang tidak merdeka.
Dewasa ini kita dapati maraknya eksploitasi manusia untuk dijual atau biasa disebut dengan Human Trafficking, terutama pada wanita untuk perzinaan atau dipekerjakan tanpa upah dan lainnya, ada juga pada bayi yang baru dialahirkan untuk tujuan adopsi yang tentunya ini semua tidak sesuai dengan syari’ah dan norma-norma yang berlaku (‘urf), kemudian bila kita tinjau ulang ternyata manusia-manusia tersebut bersetatus Hur (merdeka).
Perdagangan manusia (trafficking in human) merupakan masalah yang sangat kompleks. Perdagangan manusia telah menjadi bisnis lintas negara, yang mempunyai jaringan sangat rapi, mulai dari tingkat lokal maupun internasional, yang sulit dipantau aparat. Berbagai upaya preventif telah dilakukan, namun hingga kini praktek kejahatan ini tetap berjalan terus.
Dengan lahirnya DUHAM (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia) penganiayaan secara fisik maupun mental, perbudakan, memperdagangkan orang dan mengeksploitasi orang lain, merupakan perbuatan yang disebut sadisme (kekejaman) dan pelanggaran terhadap nilai humanisme.
Dalam hukum Islam, trafiking, meski dalam prakteknya jelas lebih kompleks, bisa di-qiyas-kan dengan perbudakan. Upaya penghapusan perbudakan telah ada zaman Nabi Muhammad saw. Semangat menghapus perbudakan terus menggelora dalam literatur hukum Islam. Salah satu bukti yang sangat nyata adalah pilihan hukuman bagi pelanggar ajaran Islam adalah memerdekakan budak.
Perbudakan, dalam arti zaman jahiliyah, disepakati ulama untuk diharamkan. Tidak berarti perbudakan kemudian lenyap. Perbudakan era jahiliyah kini menjelma dalam bentuk trafiking atau perdagangan manusia untuk kepentingan bisnis prostitusi yang dikelola sangat rapi oleh jaringan mafia internasional. Sebagaimana perbudakan berbau seks yang terjadi pada masa Nabi dilarang yang disebutkan dalam QS: al-Nûr: 33
Artinya: “Dan orang-orang yang tidak (belum) mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya sehingga Allah menganugerahinya kemampuan. Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian (untuk pembebasan dirinya) hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui kebaikan pada mereka. Dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak perempuanmu untuk melakukan pelacuran, padahal mereka menginginkan kesucian diri, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa memaksa mereka maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa”.(Q.S. al-Nur:33).
Maka dengan memperhatikan ayat di atas, trafiking harus diharamkan, dan semua yang terlibat didalamnya berdosa. Pengharaman trafiking tentu bukan tanpa alasan. Akan tetapi pengharaman saja belumlah cukup. Bagi pelaku yang melakukan trafiking juga harus di beri sanksi yang dapat mencegah terulanginya perbuatan ini. Hukuman yang diberikan adalah sebagai bentuk pertanggung jawaban pidana oleh pelaku. Sebab, di samping dapat dikategorikan sebagai kejahatan kemanusiaan karena merampas dan menodai hak-hak dasar manusia, juga mengancam dan merusak tatanan nilai yang dibangun ajaran agama seperti keadilan, kesetaraan, kemaslahatan. Nilai-nilai yang sangat penting dan menjadi dasar pijakan dalam upaya membangun hubungan kemanusiaan ideal.
Hadirnya Undang-Undang No. 21 tahun 2007 merupakan angin segar bagi penegakan hukum di Indonesia, khususnya mengenai penegakan hukum yang berkaitan dengan tindak pidana perdagangan manusia.
Kata “trafiking” dewasa ini sangat populer. Setelah UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) diundangkan pada tanggal 19 April 2007, jelaslah sudah trafiking adalah perdagangan orang, yakni:
serangkaian tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi (Pasal 1 Ayat 1).
Meski sanksi pidananya sangat jelas, penjara 3-15 tahun dan denda Rp. 120 - 600 juta (Pasal 2-6), namun angka trafiking tidak menunjukkan penurunan. Dalam pasal 7 ayat (1) menyebutkan Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 mengakibatkan korban menderita luka berat, gangguan jiwa berat, penyakit menular lainnya yang membahayakan jiwanya, kehamilan, atau terganggu atau hilangnya fungsi reproduksinya, maka ancaman pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6.
Ayat (2) menyebutkan Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 mengakibatkan matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama penjara seumur hidup dan pidana denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Trafficking atau perdagangan manusia, terutama perempuan dan anak merupakan jenis perbudakan pada masa modern telah menjadi isu besar yang menjadi perhatian regional dan global. Diperkirakan tiap tahun ada dua juta manusia diperdagangkan di dunia ini dan sebagian besarnya adalah anak dan perempuan.
Dalam kacamata hukum islam, hukum diturunkan, pasti memiliki tujuan untuk kemaslahatan manusia. Hukum ada bukanlah untuk dirinya melainkan untuk kehidupan manusia di dunia. Maka dari itu, agama islam membawa ajaran yang memiliki dinamika yang tinggi. Hukum-hukumnya berakar pada prinsip-prinsip universal yang mencakup atau meliputi sasaran atau keadaan yang sangat luas. Indonesia menjadi pemasok utama jaringan perdagangan perempuan dan anak dengan tujuan eksploitatif; pelacuran dan pornografi, pengemis, pekerja rumah tangga, perdagangan obat terlarang, pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan dan perkawinan trans -nasional.[5] Hadirnya UU No. 21 Tahun 2007 ternyata tidak mengurangi kegiatan trafiking. Harus ada cara yang efektif dalam menanggulangi aktivitas biadab ini. Pertama melalui pendidikan tentang trafficking di sekolah-sekolah, kedua perbaikan ekonomi yang mampu dirasakan rakyat kecil, ketiga pengawasan ketat oleh masyarakat dan pemerintah terhadap penyalur tenaga kerja.
#
Read More..
animation
tentang penulis
- Musthofa'
- akhirat, neraka, Indonesia
- berhenti tidak ada dijalan ini...berhenti berarti mati...lengah meski sekilas pasti tergilas......mereka yang maju merekalah yang bergerak kedepan
Selasa, 01 Februari 2011
Sabtu, 25 Desember 2010
GERAKAN PROFETIK; GERAKAN PEMBEBASAN
“Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada hamba menjadi penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju keluasan dunia-akhirat, dari penyimpangan agama-agama yang ada menuju keadilan Islam.”
(perkataan Rubai bin Amir kepada Panglima Persia Rustum)
Dialah Nabi Adam as, manusia pemimpin pertama yang diciptakan Allah, bukan hanya manusia pertama, tetapi juga Nabi sekaligus pemimpin profetik pertama manusia. Al Qur’an pun mengukir sejarah Adam as, dalam surat Al-Baqarah ayat 30: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di dunia, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman: ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Gerakan profetik adalah Gerakan yang membebaskan penghambaan kepada manusia hanya kepada Allah semata. Gerakan profetik dapat kita pelajari dan analisa dari kisah kepemimpinan Nabi-Nabi dalam Al Qur’an. Bagaimana lika-liku mereka dalam menyadarkan dan membebaskan masyarakatnya serta membangun peradaban baru yang menyejarah. Yang penting, seperti kata Bung Karno, jangan sampai kita hanya mendapat abu sejarahnya saja, tetapi api sejarah kepemimpinan Nabi-Nabi lah yang harus kita dapat dan kita terapkan dalam proses membangun Indonesia yang lebih baik dan bermartabat ini. Mengutip konsep Alm. Kuntowijoyo tentang makna profetik yang disandingkan dengan kata kepemimpinan berdasarkan pemahaman Al Qur’an surat Ali-Imran ayat 110, gerakan profetik adalah gerakan yang membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi. (Kunto wijoyo: 1991: )
Menurut Kunto, gerakan profetik yang pertama adalah “ta’muruna bil ma’ruf”, yang diartikan sebagai misi humanisasi, yaitu misi yang memanusiakan manusia, mengangkat harkat hidup manusia, dan menjadikan manusia bertanggung-jawab atas apa yang telah dikerjakannya. Gerakan profetik yang kedua adalah “tanhauna ’anil munkar” yang diartikan sebagai misi liberasi, yaitu misi membebaskan manusia dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan. Gerakan profetik yang ketiga adalah “tu’minuna billah” yang diartikan sebagai misi transendensi, yaitu manifestasi dari misi humanisasi dan liberasi yang diartikan sebagai kesadaran ilahiyah yang mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan. (Kuntowijoyo: 1991).
Bagi gerakan pembebasan, mengetahui kondisi social, politik, religious, budaya dan ekonomi yang sedang berlangsung sangatlah penting. Seperti halnya Asghar Ali enginer aktivis dari India, memandang bahwa perlu adanya Teologi Pembebasan. Dalam pandangannya, Teologi Pembebasan, memiliki makna pertama dimulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akerat. Kedua, teologi ini tidak menginginkan status quo yang melindungi golongan kaya yang berhadapan dengan golongan miskin. Dengan kata lain teologi pembebasan itu anti kemapanan (establishment). Ketiga teologi pembebasan memainkan peranan dalam membela kelompok yang tertindas dan tercabut hak miliknya, serta memperjuangkan kepentingan kelompok yang tertindas dan tercerabut hak miliknya, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini. Keempat teologi pembebasan tidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang taqdir namun juga mengakui konsep bahwa manusia itu bebas menentukan nasibnya sendiri (Asghar Ali enginer: 2006: 2). Figur semacam Musa, Yesus, dan Muhammad tidak saja dikenal oleh sejarah sebagai peletak dasar agama besar dunia, tetapi sebagai pejuang hak asasi manusia yang amat gigih dan tidak kenal kompromi. Itulah sebabnya begitu mulai berdakwah tantangan yang pertama muncul selalu datang dari para penguasa yang tengah menikamati kemewahan hidup di atas penderitaan rakyat miskin yang papa dan tertindas (Komaruddin hidayat: 2008 : 11). Gerakan profetik merupakan “gerakan pemberontak”, yang sanantiasa memberontak terhadap dirinya sendiri, masyarakatnya, agamanya, masa lalu dan masa kininya. Selain itu gerakan profetik selalu berperang dengan “apa yang ada” dan mencari guna menciptakan “apa yang seharusnya ada”. Pembebasan merupakan panggilan universal dalam semua agama. Pembebasan adalah gerakan profetik agama-agama yang dilandasi iman demi tegaknya moralitas sosial dan moralitas kebudayaan manusia dalam kehidupan, sehingga agama mengajarkan pembebasan atau semangaat revolusioner sebagai ajaran dasar dalam membangun peradaban manusia yang tercerahkan. # Read More..
“Allah telah mengirim kami untuk mengeluarkan siapa yang Dia kehendaki dari penghambaan kepada hamba menjadi penghambaan kepada Allah, dan dari sempitnya dunia menuju keluasan dunia-akhirat, dari penyimpangan agama-agama yang ada menuju keadilan Islam.”
(perkataan Rubai bin Amir kepada Panglima Persia Rustum)
Dialah Nabi Adam as, manusia pemimpin pertama yang diciptakan Allah, bukan hanya manusia pertama, tetapi juga Nabi sekaligus pemimpin profetik pertama manusia. Al Qur’an pun mengukir sejarah Adam as, dalam surat Al-Baqarah ayat 30: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di dunia, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?’ Dia berfirman: ‘Sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Gerakan profetik adalah Gerakan yang membebaskan penghambaan kepada manusia hanya kepada Allah semata. Gerakan profetik dapat kita pelajari dan analisa dari kisah kepemimpinan Nabi-Nabi dalam Al Qur’an. Bagaimana lika-liku mereka dalam menyadarkan dan membebaskan masyarakatnya serta membangun peradaban baru yang menyejarah. Yang penting, seperti kata Bung Karno, jangan sampai kita hanya mendapat abu sejarahnya saja, tetapi api sejarah kepemimpinan Nabi-Nabi lah yang harus kita dapat dan kita terapkan dalam proses membangun Indonesia yang lebih baik dan bermartabat ini. Mengutip konsep Alm. Kuntowijoyo tentang makna profetik yang disandingkan dengan kata kepemimpinan berdasarkan pemahaman Al Qur’an surat Ali-Imran ayat 110, gerakan profetik adalah gerakan yang membawa misi humanisasi, liberasi, dan transendensi. (Kunto wijoyo: 1991: )
Menurut Kunto, gerakan profetik yang pertama adalah “ta’muruna bil ma’ruf”, yang diartikan sebagai misi humanisasi, yaitu misi yang memanusiakan manusia, mengangkat harkat hidup manusia, dan menjadikan manusia bertanggung-jawab atas apa yang telah dikerjakannya. Gerakan profetik yang kedua adalah “tanhauna ’anil munkar” yang diartikan sebagai misi liberasi, yaitu misi membebaskan manusia dari belenggu keterpurukan dan ketertindasan. Gerakan profetik yang ketiga adalah “tu’minuna billah” yang diartikan sebagai misi transendensi, yaitu manifestasi dari misi humanisasi dan liberasi yang diartikan sebagai kesadaran ilahiyah yang mampu menggerakkan hati dan bersikap ikhlas terhadap segala yang telah dilakukan. (Kuntowijoyo: 1991).
Bagi gerakan pembebasan, mengetahui kondisi social, politik, religious, budaya dan ekonomi yang sedang berlangsung sangatlah penting. Seperti halnya Asghar Ali enginer aktivis dari India, memandang bahwa perlu adanya Teologi Pembebasan. Dalam pandangannya, Teologi Pembebasan, memiliki makna pertama dimulai dengan melihat kehidupan manusia di dunia dan akerat. Kedua, teologi ini tidak menginginkan status quo yang melindungi golongan kaya yang berhadapan dengan golongan miskin. Dengan kata lain teologi pembebasan itu anti kemapanan (establishment). Ketiga teologi pembebasan memainkan peranan dalam membela kelompok yang tertindas dan tercabut hak miliknya, serta memperjuangkan kepentingan kelompok yang tertindas dan tercerabut hak miliknya, serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini. Keempat teologi pembebasan tidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang taqdir namun juga mengakui konsep bahwa manusia itu bebas menentukan nasibnya sendiri (Asghar Ali enginer: 2006: 2). Figur semacam Musa, Yesus, dan Muhammad tidak saja dikenal oleh sejarah sebagai peletak dasar agama besar dunia, tetapi sebagai pejuang hak asasi manusia yang amat gigih dan tidak kenal kompromi. Itulah sebabnya begitu mulai berdakwah tantangan yang pertama muncul selalu datang dari para penguasa yang tengah menikamati kemewahan hidup di atas penderitaan rakyat miskin yang papa dan tertindas (Komaruddin hidayat: 2008 : 11). Gerakan profetik merupakan “gerakan pemberontak”, yang sanantiasa memberontak terhadap dirinya sendiri, masyarakatnya, agamanya, masa lalu dan masa kininya. Selain itu gerakan profetik selalu berperang dengan “apa yang ada” dan mencari guna menciptakan “apa yang seharusnya ada”. Pembebasan merupakan panggilan universal dalam semua agama. Pembebasan adalah gerakan profetik agama-agama yang dilandasi iman demi tegaknya moralitas sosial dan moralitas kebudayaan manusia dalam kehidupan, sehingga agama mengajarkan pembebasan atau semangaat revolusioner sebagai ajaran dasar dalam membangun peradaban manusia yang tercerahkan. # Read More..
Jumat, 18 Juni 2010
peradaban islam dalam mewarnai sejaran peradaban dunia
Islam lahir merupakan sebagai anti tesis terhadap kondisi bangsa Arab pada masa itu. Peradaban pada masa itu betapa statis dan tidak berkembang. Dalam menyelesaikan suatu masalah pasti dengan kekerasan, peperangan, penindasan dan pendzaliman terhadap golongan atau suku yang lemah. Hal demikian mengindikasikan bahwa akal-budi tidak begitu diberi ruang yang proporsional dalam bersikap. Kalau menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori “challenge and respons”. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna melestarikan kelangsungan hidupnya. Jika kita melihat keadaan bangsa Arab saat itu, dengan pendekatan teori peradaban Toynbee tidak terjadi sebuah peradaban akan tetapi terjadi sebuah zaman kegelapan (The Dark Age). Namun, setiap zaman pasti ada tokoh yang mampu membawa perubahan. Adalah Muhammad bin Abdullah atau kalau dalam agama Budha disebut sebagai Budha Maytrea telah dimuntahkan oleh alam untuk membangun peradaban di dunia yang berlandaskan ketauhidan terhadap Allah.
Islam lahir, bukanlah pada waktu Muhammad dimuntahkan oleh alam, akan tetapi ketika Muhammad memperoleh pesan dari tuhan untuk membawa ajaran kebenaran, ketika Muhammad berumur 40 tahun, tepatnya pada tahun 571 M. Pada masa ini terbagi dua kloter perjuangan Muhammad. Pada awal perjuangannya Muhammad berusaha meyakinkan penduduk Makkah. Namun, tuhan kelihatannya belum memberikan lampu hijau kepada muhammad untuk menyampaikan risalahnya secara mendalam. Sistem ajaran yang disampaikan pun berupa sistem keyakinan. Setelah itu, Muhammad menjalankan hijrah ke Yastrib (Madinah). Disinilah Muhammad memperoleh momentumnya dalam menapak tilas pesan tuhan untuk manusia. Begitu dahsyatnya, di Madinah ajaran Islam memperoleh peluang yang lebar dalam mengepakkan sayap ajarannya. Dengan seiring berjalannya waktu, Makkah pun mampu membuka hati untuk Muhammad, yang dikenal dengan “Fath al-Makkah”. Saat inilah Arab telah terbentuk sebagai peradaban yang berlandaskan Sosio-Religius dengan akhlak yang mulia. Betapa tidak, Muhammad telah memegang peranan penting dalam menggembala ummatnya kepada kebenaran yang sejati sehingga terbentuk peradaban Islam yang sangat menakjubkan.
Dengan wafatnya Muhammad, digantikan dengan shahabat-shahabat beliau (632-661 M). Meskipun ada beberapa permasalahan semenjak ditinggalkan oleh Muhammad, namun dalam menjalankan amanah, shahabt-shahabt beliau mampu membawa ummat dengan ajaran senada dengan Muhammad. Setelah itu, Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam. Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah). Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab. Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa keemasan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta emas sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd, Averroisme, dan al-Farabi sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat juga seorang filsuf Muslim. Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Kholdun. Masih ada lagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya.
Bahkan menurut salah satu tokoh orientalis Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”. Di satu sisi yang lain Ernest Gellner, dengan teori Triad-nya dalam pembentukan suatu sistem demokrasi, yang mana warga sipil, umat Marxis, dan umat Islam berada dalam satu lingkup persaingan. Akan tetapi umat Islam tetap eksis dalam percaturan ini, walaupun pada kondisinya Islam secara mentalitas dan kultur bersifat kaku dan baku. Akan tetapi mampu bersaing dengan disertai otoritas politik dan primordialisme yang sama sekali asing dan berbeda dengan nilai-nilai liberal. Dengan demikian, jelaslah bahwa peradaban Islam itu ada bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Marshal G.S. Hodgson, dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan pesan dengan seobyektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta pengaruhnya terhadap peradaban Barat. Dari beberapa pendapat tersebut, memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Betapa dahsyatnya dunia Islam pada masa itu, lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang benar Islam sangat berperan dalam mewarnai peradaban sekarang? # Read More..
Islam lahir, bukanlah pada waktu Muhammad dimuntahkan oleh alam, akan tetapi ketika Muhammad memperoleh pesan dari tuhan untuk membawa ajaran kebenaran, ketika Muhammad berumur 40 tahun, tepatnya pada tahun 571 M. Pada masa ini terbagi dua kloter perjuangan Muhammad. Pada awal perjuangannya Muhammad berusaha meyakinkan penduduk Makkah. Namun, tuhan kelihatannya belum memberikan lampu hijau kepada muhammad untuk menyampaikan risalahnya secara mendalam. Sistem ajaran yang disampaikan pun berupa sistem keyakinan. Setelah itu, Muhammad menjalankan hijrah ke Yastrib (Madinah). Disinilah Muhammad memperoleh momentumnya dalam menapak tilas pesan tuhan untuk manusia. Begitu dahsyatnya, di Madinah ajaran Islam memperoleh peluang yang lebar dalam mengepakkan sayap ajarannya. Dengan seiring berjalannya waktu, Makkah pun mampu membuka hati untuk Muhammad, yang dikenal dengan “Fath al-Makkah”. Saat inilah Arab telah terbentuk sebagai peradaban yang berlandaskan Sosio-Religius dengan akhlak yang mulia. Betapa tidak, Muhammad telah memegang peranan penting dalam menggembala ummatnya kepada kebenaran yang sejati sehingga terbentuk peradaban Islam yang sangat menakjubkan.
Dengan wafatnya Muhammad, digantikan dengan shahabat-shahabat beliau (632-661 M). Meskipun ada beberapa permasalahan semenjak ditinggalkan oleh Muhammad, namun dalam menjalankan amanah, shahabt-shahabt beliau mampu membawa ummat dengan ajaran senada dengan Muhammad. Setelah itu, Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam. Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah). Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab. Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa keemasan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta emas sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd, Averroisme, dan al-Farabi sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat juga seorang filsuf Muslim. Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Kholdun. Masih ada lagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya.
Bahkan menurut salah satu tokoh orientalis Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”. Di satu sisi yang lain Ernest Gellner, dengan teori Triad-nya dalam pembentukan suatu sistem demokrasi, yang mana warga sipil, umat Marxis, dan umat Islam berada dalam satu lingkup persaingan. Akan tetapi umat Islam tetap eksis dalam percaturan ini, walaupun pada kondisinya Islam secara mentalitas dan kultur bersifat kaku dan baku. Akan tetapi mampu bersaing dengan disertai otoritas politik dan primordialisme yang sama sekali asing dan berbeda dengan nilai-nilai liberal. Dengan demikian, jelaslah bahwa peradaban Islam itu ada bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Marshal G.S. Hodgson, dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan pesan dengan seobyektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta pengaruhnya terhadap peradaban Barat. Dari beberapa pendapat tersebut, memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Betapa dahsyatnya dunia Islam pada masa itu, lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang benar Islam sangat berperan dalam mewarnai peradaban sekarang? # Read More..
hakekat peradaban dan sejarah
Artinya: “Dan Apakah mereka tidak Mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. dan telah datang kepada mereka Rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak Berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang Berlaku zalim kepada diri sendiri”.
Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan ... kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa".
"Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah hanya sekedar itu faktor yang menjadi tonggak sebuah peradaban? Padahal peradaban berasal dari kata “adab” yang berarti “kebaikan tingkah” mendapat tambahan pe-an yang memilki makna kata benda.
Selanjutnya, bagaimana perkembangan peradaban di dunia ini? Menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori “challenge and respons”. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi,menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna melestarikan kelangsungan hidupnya. Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemungkinan-kemungkinan. Ada alam yang tandus atau subur, di pegunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa atau yang tanahnya stabil dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusiapun akan gigih dan berusaha keras dalam merespons alam tersebut dan sebaliknya.
A. J. Toynbee sebagai sejarawan modern juga mencoba membahas secara komparatif kemunculan, pertumbuhan, kemunduran dan keruntuhan peradaban-peradaban dunia. Karyanya, A Study of History, mencapai dua belas jilid. Peradaban, bukan negara yang menjadi basis karya sejarahnya. Bagi Toynbee, peradaban adalah unit nyata dari sejarah. Dia menganalisis, dua puluh satu peradaban, empat peradaban abortif (mati di tengah jalan) dan lima peradaban terpenjara (tidak bergerak dari fase awal peradabannya) .Patut juga dicatat, bahwa Toynbee dalam karyanya ini memberikan pujian yang tinggi kepada Ibn Khaldun karena Muqaddimah-nya.
Banyak sekali peradaban muncul-tenggelam di dunia ini. Dan ada pula yang menunjukkan beberapa perjalanan siklus, yaitu hidup, berkembang, maju dan runtuh dan kemungkinan akan bangkit kembali. Sebut saja peradaban Mesir Kuno yang telah ada sejak tahun 3.400 SM, Sumeria (3000 SM)Akkadia (2350 SM)Babilonia (1900 SM)Assyria (1200 SM)Babilonia Baru (300 SM) dan selanjutnya disusul oleh peraban India, Cina, Yunani (abad ke empat sebelum masehi), Islam (611 M) dan Barat pada abad XVI sampai sekarang.
Lalu bagaimana dan mengapa peradaban jatuh, terdisintegrasi dan hancur ? Peradaban yang jatuh kemudian hancur adalah kenyataan sejarah. Tetapi kejatuhan atau kehancuran peradaban bukanlah keniscayaan kosmik atau karena faktor geografis atau karena degenerasi rasial atau karena penyerbuan dari luar. Juga bukan karena kemunduran teknik dan teknologi. Karena kemunduran peradaban adalah sebab, sedang kemunduran teknik adalah konsekuensi atau gejala. Pembeda utama masa pertumbuhan dan disintegrasi adalah pada masa pertumbuhan peradaban sukses memberikan respon terhadap tantangan sedang pada masa disintegrasi peradaban gagal memberi respon yang tepat. Toynbee menegaskan bahwa peradaban runtuh karena bunuh diri (sosial), bukan karena pembunuhan (sosial). Civilizations die from suicide, not by murder. Dalam formulasinya, keruntuhan peradaban berasal dari tiga hal; kegagalan usaha kreatif para minoritas, penarikan mimesis dari mayoritas dan hilangnya kesatuan sosial. Kemunduran peradaban melewati fase-fase berikut; kejatuhan (break-down), distintegrasi dan hancur. Kejatuhan dan disintegrasi bisa berabad-abad, bakan ribuan tahun. Toynbee memberi contoh, peradaban Mesir mulai jatuh pada abad ke-16 SM dan hancur pada abad ke-5 M. Selang dua ribu tahun antara awal jatuh dan kehancurannya adalah masa kehidupan yang membatu. # Read More..
Peradaban memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat istiadat, kebiasaan ... kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat". Namun, dalam definisi yang paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan ekonomi dan budaya.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adalah istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas" atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk "budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau rasa".
"Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Lalu, yang menjadi pertanyaan adalah apakah hanya sekedar itu faktor yang menjadi tonggak sebuah peradaban? Padahal peradaban berasal dari kata “adab” yang berarti “kebaikan tingkah” mendapat tambahan pe-an yang memilki makna kata benda.
Selanjutnya, bagaimana perkembangan peradaban di dunia ini? Menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori “challenge and respons”. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi,menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna melestarikan kelangsungan hidupnya. Alam menawarkan sejumlah tantangan dan kemungkinan-kemungkinan. Ada alam yang tandus atau subur, di pegunungan atau pantai, daerah yang rawan gempa atau yang tanahnya stabil dan seterusnya. Jika tantangan alam itu berat maka manusiapun akan gigih dan berusaha keras dalam merespons alam tersebut dan sebaliknya.
A. J. Toynbee sebagai sejarawan modern juga mencoba membahas secara komparatif kemunculan, pertumbuhan, kemunduran dan keruntuhan peradaban-peradaban dunia. Karyanya, A Study of History, mencapai dua belas jilid. Peradaban, bukan negara yang menjadi basis karya sejarahnya. Bagi Toynbee, peradaban adalah unit nyata dari sejarah. Dia menganalisis, dua puluh satu peradaban, empat peradaban abortif (mati di tengah jalan) dan lima peradaban terpenjara (tidak bergerak dari fase awal peradabannya) .Patut juga dicatat, bahwa Toynbee dalam karyanya ini memberikan pujian yang tinggi kepada Ibn Khaldun karena Muqaddimah-nya.
Banyak sekali peradaban muncul-tenggelam di dunia ini. Dan ada pula yang menunjukkan beberapa perjalanan siklus, yaitu hidup, berkembang, maju dan runtuh dan kemungkinan akan bangkit kembali. Sebut saja peradaban Mesir Kuno yang telah ada sejak tahun 3.400 SM, Sumeria (3000 SM)Akkadia (2350 SM)Babilonia (1900 SM)Assyria (1200 SM)Babilonia Baru (300 SM) dan selanjutnya disusul oleh peraban India, Cina, Yunani (abad ke empat sebelum masehi), Islam (611 M) dan Barat pada abad XVI sampai sekarang.
Lalu bagaimana dan mengapa peradaban jatuh, terdisintegrasi dan hancur ? Peradaban yang jatuh kemudian hancur adalah kenyataan sejarah. Tetapi kejatuhan atau kehancuran peradaban bukanlah keniscayaan kosmik atau karena faktor geografis atau karena degenerasi rasial atau karena penyerbuan dari luar. Juga bukan karena kemunduran teknik dan teknologi. Karena kemunduran peradaban adalah sebab, sedang kemunduran teknik adalah konsekuensi atau gejala. Pembeda utama masa pertumbuhan dan disintegrasi adalah pada masa pertumbuhan peradaban sukses memberikan respon terhadap tantangan sedang pada masa disintegrasi peradaban gagal memberi respon yang tepat. Toynbee menegaskan bahwa peradaban runtuh karena bunuh diri (sosial), bukan karena pembunuhan (sosial). Civilizations die from suicide, not by murder. Dalam formulasinya, keruntuhan peradaban berasal dari tiga hal; kegagalan usaha kreatif para minoritas, penarikan mimesis dari mayoritas dan hilangnya kesatuan sosial. Kemunduran peradaban melewati fase-fase berikut; kejatuhan (break-down), distintegrasi dan hancur. Kejatuhan dan disintegrasi bisa berabad-abad, bakan ribuan tahun. Toynbee memberi contoh, peradaban Mesir mulai jatuh pada abad ke-16 SM dan hancur pada abad ke-5 M. Selang dua ribu tahun antara awal jatuh dan kehancurannya adalah masa kehidupan yang membatu. # Read More..
Islam lahir merupakan sebagai anti tesis terhadap kondisi bangsa Arab pada masa itu. Peradaban pada masa itu betapa statis dan tidak berkembang. Dalam menyelesaikan suatu masalah pasti dengan kekerasan, peperangan, penindasan dan pendzaliman terhadap golongan atau suku yang lemah. Hal demikian mengindikasikan bahwa akal-budi tidak begitu diberi ruang yang proporsional dalam bersikap. Kalau menurut Arnold J. Toynbee, seorang sejarawan asal Inggris, lahirnya peradaban itu diuraikan dengan teori “challenge and respons”. Peradaban itu lahir sebagai respons (tanggapan) manusia yang dengan segenap daya upaya dan akalnya menghadapi, menaklukkan dan mengolah alam sebagai tantangan (challenge) guna melestarikan kelangsungan hidupnya. Jika kita melihat keadaan bangsa Arab saat itu, dengan pendekatan teori peradaban Toynbee tidak terjadi sebuah peradaban akan tetapi terjadi sebuah zaman kegelapan (The Dark Age). Namun, setiap zaman pasti ada tokoh yang mampu membawa perubahan. Adalah Muhammad bin Abdullah atau kalau dalam agama Budha disebut sebagai Budha Maytrea telah dimuntahkan oleh alam untuk membangun peradaban di dunia yang berlandaskan ketauhidan terhadap Allah.
Islam lahir, bukanlah pada waktu Muhammad dimuntahkan oleh alam, akan tetapi ketika Muhammad memperoleh pesan dari tuhan untuk membawa ajaran kebenaran, ketika Muhammad berumur 40 tahun, tepatnya pada tahun 571 M. Pada masa ini terbagi dua kloter perjuangan Muhammad. Pada awal perjuangannya Muhammad berusaha meyakinkan penduduk Makkah. Namun, tuhan kelihatannya belum memberikan lampu hijau kepada muhammad untuk menyampaikan risalahnya secara mendalam. Sistem ajaran yang disampaikan pun berupa sistem keyakinan. Setelah itu, Muhammad menjalankan hijrah ke Yastrib (Madinah). Disinilah Muhammad memperoleh momentumnya dalam menapak tilas pesan tuhan untuk manusia. Begitu dahsyatnya, di Madinah ajaran Islam memperoleh peluang yang lebar dalam mengepakkan sayap ajarannya. Dengan seiring berjalannya waktu, Makkah pun mampu membuka hati untuk Muhammad, yang dikenal dengan “Fath al-Makkah”. Saat inilah Arab telah terbentuk sebagai peradaban yang berlandaskan Sosio-Religius dengan akhlak yang mulia. Betapa tidak, Muhammad telah memegang peranan penting dalam menggembala ummatnya kepada kebenaran yang sejati sehingga terbentuk peradaban Islam yang sangat menakjubkan.
Dengan wafatnya Muhammad, digantikan dengan shahabat-shahabat beliau (632-661 M). Meskipun ada beberapa permasalahan semenjak ditinggalkan oleh Muhammad, namun dalam menjalankan amanah, shahabt-shahabt beliau mampu membawa ummat dengan ajaran senada dengan Muhammad. Setelah itu, Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam. Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah). Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab. Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa keemasan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta emas sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd, Averroisme, dan al-Farabi sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat juga seorang filsuf Muslim. Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Kholdun. Masih ada lagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya.
Bahkan menurut salah satu tokoh orientalis Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”. Di satu sisi yang lain Ernest Gellner, dengan teori Triad-nya dalam pembentukan suatu sistem demokrasi, yang mana warga sipil, umat Marxis, dan umat Islam berada dalam satu lingkup persaingan. Akan tetapi umat Islam tetap eksis dalam percaturan ini, walaupun pada kondisinya Islam secara mentalitas dan kultur bersifat kaku dan baku. Akan tetapi mampu bersaing dengan disertai otoritas politik dan primordialisme yang sama sekali asing dan berbeda dengan nilai-nilai liberal. Dengan demikian, jelaslah bahwa peradaban Islam itu ada bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Marshal G.S. Hodgson, dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan pesan dengan seobyektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta pengaruhnya terhadap peradaban Barat. Dari beberapa pendapat tersebut, memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Betapa dahsyatnya dunia Islam pada masa itu, lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang benar Islam sangat berperan dalam mewarnai peradaban sekarang? # Read More..
Islam lahir, bukanlah pada waktu Muhammad dimuntahkan oleh alam, akan tetapi ketika Muhammad memperoleh pesan dari tuhan untuk membawa ajaran kebenaran, ketika Muhammad berumur 40 tahun, tepatnya pada tahun 571 M. Pada masa ini terbagi dua kloter perjuangan Muhammad. Pada awal perjuangannya Muhammad berusaha meyakinkan penduduk Makkah. Namun, tuhan kelihatannya belum memberikan lampu hijau kepada muhammad untuk menyampaikan risalahnya secara mendalam. Sistem ajaran yang disampaikan pun berupa sistem keyakinan. Setelah itu, Muhammad menjalankan hijrah ke Yastrib (Madinah). Disinilah Muhammad memperoleh momentumnya dalam menapak tilas pesan tuhan untuk manusia. Begitu dahsyatnya, di Madinah ajaran Islam memperoleh peluang yang lebar dalam mengepakkan sayap ajarannya. Dengan seiring berjalannya waktu, Makkah pun mampu membuka hati untuk Muhammad, yang dikenal dengan “Fath al-Makkah”. Saat inilah Arab telah terbentuk sebagai peradaban yang berlandaskan Sosio-Religius dengan akhlak yang mulia. Betapa tidak, Muhammad telah memegang peranan penting dalam menggembala ummatnya kepada kebenaran yang sejati sehingga terbentuk peradaban Islam yang sangat menakjubkan.
Dengan wafatnya Muhammad, digantikan dengan shahabat-shahabat beliau (632-661 M). Meskipun ada beberapa permasalahan semenjak ditinggalkan oleh Muhammad, namun dalam menjalankan amanah, shahabt-shahabt beliau mampu membawa ummat dengan ajaran senada dengan Muhammad. Setelah itu, Kekhalifahan berlanjut pada kekuasaan Bani Umayyah, yang pada masa ini kekuasaan Islam. Islam telah menguasai Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagaian dari Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis (di Asia Tengah). Sejak kedinastian Bani Umayyah, peradaban Islam mulai menampakkan pamor keemasannya. Benih-benih peradaban baru tersebut antara lain perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan Pahlawi ke bahasa Arab, dengan demikian bahasa Arab menjadi bahasa resmi, hingga mendorong Imam Sibawaih menyusun Al-Kitab yang menjadi pedoman dalam tata bahasa Arab. Pada saat itu pula (± abad ke-7 M), bermunculan sastrawan-sastrawan Islam, dengan berbagai karya besar antara lain sebuah novel terkenal Laila Majnun yang ditulis oleh Qais al-Mulawwah.
Pada bidang ekonomi dan pembangunan, Bani Umayyah di bawah pimpinan Abd al-Malik, telah mencetak alat tukar uang berupa dinar dan dirham. Setelah kekuasaan Bani Umayyah menurun, dan ditumbangkan oleh Bani Abbasiyah pada tahun 750 H, kembali Islam dengan perkembangan peradabannya terus menerus bergerak pada kemajuan. Masa selanjutnya pada masa Harun al-Rasyid, kehidupan sosial pun menjadi lebih mapan dengan dibangunnya rumah sakit, pendidikan dokter, dan farmasi. Hingga Baghdad pada masa itu mempunyai 800 orang dokter. Dilanjutkan pada masa al-Makmun yang lebih berkonsenrasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, dengan menerjemahkan buku-buku kebudayaan Yunani dan Sansekerta, dan berdirinya Baitu-l-hikmah sebagai pusat kegiatan ilmiahnya. Yang disusul kemudian dengan berdirinya Universitas Al-Azhar di Mesir. Juga dibangunnya sekolah-sekolah, hingga Baghdad menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Maka, tak dapat dipungkiri lagi bahwa masa-masa ini dikatakan sebagai the golden age.
Kemajuan keilmuan dan teknologi Islam mengalami masa keemasan di masa ini. Munculnya para ilmuwan, filosof dan cendekiawan Muslim telah mewarnai penorehan tinta emas sejarah dunia. Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat yang mereka pelajari dari buku-buku Yunani, akan tetapi menambahkan ke dalam hasil penyelidikan yang mereka lakukan sendiri dalam lapangan sains dan filsafat. Tokoh cendekiawan Muslim yang terkenal adalah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi sebagai metematikawan yang telah menelurkan aljabar dan algoritma, al-Fazari dan al-Farghani sebagai ahli astronomi (abad ke VIII), Abu Ali al-Hasan ibnu al-Haytam dengan teori optika (abad X), Jabir ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria ar-Razi sebagai tokoh kimia yang disegani (abad IX), Abu Raihan Muhammad al-Baituni sebagai ahli fisika (abad IX), Abu al-Hasan Ali Mas’ud sebagai tokoh geografi (abad X), Ibnu Sina sebagai seorang dokter sekaligus seorang filsuf yang sangat berpengaruh (akhir abad IX), Ibnu Rusyd, Averroisme, dan al-Farabi sebagai seorang filsuf ternama dan terkenal di dunia filsafat Barat juga seorang filsuf Muslim. Selain sains dan filsafat pada masa ini juga bermunculan ulama besar tentang keagamaan dalam Islam, seperti Imam Muslim, Imam Bukhari, Imam Malik, Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ahmad bin Hambal, serta mufassir terkenal ath-Thabari, sejarawan Ibnu Hisyam, Ibnu Sa’ad dan Ibnu Kholdun. Masih ada lagi yang bergerak dalam ilmu kalam dan teologi, seperti Washil bin Atha’, Ibnu al-Huzail, al-Allaf, Abu al-Hasan al-Asyari, al-Maturidi, bahkan tokoh tasawuf dan mistisisme seperti, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain bin Mansur al-Hallaj, dan sebagainya.
Bahkan menurut salah satu tokoh orientalis Gustave Lebon, dan telah diterjemahkan oleh Samsul Munir Amin, mengatakan bahwa “(orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”. Di satu sisi yang lain Ernest Gellner, dengan teori Triad-nya dalam pembentukan suatu sistem demokrasi, yang mana warga sipil, umat Marxis, dan umat Islam berada dalam satu lingkup persaingan. Akan tetapi umat Islam tetap eksis dalam percaturan ini, walaupun pada kondisinya Islam secara mentalitas dan kultur bersifat kaku dan baku. Akan tetapi mampu bersaing dengan disertai otoritas politik dan primordialisme yang sama sekali asing dan berbeda dengan nilai-nilai liberal. Dengan demikian, jelaslah bahwa peradaban Islam itu ada bahkan mempengaruhi peradaban dunia. Marshal G.S. Hodgson, dengan sebuah karya besar The Venture of Islam, telah menyampaikan pesan dengan seobyektif mungkin tentang Islam dan peradabannya serta pengaruhnya terhadap peradaban Barat. Dari beberapa pendapat tersebut, memberikan bukti bahwa Islam dan peradaban yang telah dibangunnya pada masa lalu, telah memberikan investasi besar pada pencapaian peradaban dunia modern saat ini.
Betapa dahsyatnya dunia Islam pada masa itu, lalu yang menjadi pertanyaan adalah, apakah memang benar Islam sangat berperan dalam mewarnai peradaban sekarang? # Read More..
Senin, 17 Mei 2010
MENDIRIKAN NEGARA HUKUM STUDI KASUS PASAL UU NO.19 TAHUN 1987 TENTANG PERADILAN MILITER
Dalam Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa negara Indonesia merupakan Negara hokum. Artinya, Negara Indonesia adalah negara yang memandang bahwa setiap orang memilki hak yang sama dimata hukum. Sekarang pun kita masih mempunyai pekerjaan rumah yang belum terselesaikan yaitu membangun Negara hokum secara luas.
Amanah yang diberikan konstitusi sayogyanya dipraktekkan oleh setiap warga Negara Indonesia, terutama para penegak hokum. Baik dilingkungan peradilan umum, militer dan agama.
Membangun Negara hokum tidak sama dengan memancangkan sebuah papan nama dan sim salabim semuanya selesai. Itu baru awal dari pekerjaan besar membangun sebuah proyek raksasa yang bernama Negara hokum. Tanpa memahaminya sebagai demikian, kita akan mengalami kekecewaan bahkan mungkin rasa frustasi. Disebut proyek raksasa, oleh karena yang kita hadapi adalah sebuah system berhukum yang dipolitisir. PERMASALAHAN
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka yang akan menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
- Bagaimana UU militer tentang Pendampingan
B. PEMBAHASAN
C. KESIMPULAN
D. SARAN
Sungguh kecongkakan dan kesombongan intelektual bila pemakalah menganggap pemaparan dalam makalah ini sempurna atau bersifat final. Oleh karena itu, pemakalah berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini berkenan memberikan kritik yang konstruktif ataupun mendekonstruksi substansi maupun metodologi bila memang diperlukan. Demikian pemaparan makalah ini mengenai, Kediktatoran Peradilan Militer Sebuah Tinjauan UU No.19 Tahun 1987 Tentang Peradilan Militer Tentunya dalam pemaparan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi substansi materi maupun segi metodologi istinbat hukum. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kancah intelektual. Amiin.
# Read More..
Amanah yang diberikan konstitusi sayogyanya dipraktekkan oleh setiap warga Negara Indonesia, terutama para penegak hokum. Baik dilingkungan peradilan umum, militer dan agama.
Membangun Negara hokum tidak sama dengan memancangkan sebuah papan nama dan sim salabim semuanya selesai. Itu baru awal dari pekerjaan besar membangun sebuah proyek raksasa yang bernama Negara hokum. Tanpa memahaminya sebagai demikian, kita akan mengalami kekecewaan bahkan mungkin rasa frustasi. Disebut proyek raksasa, oleh karena yang kita hadapi adalah sebuah system berhukum yang dipolitisir. PERMASALAHAN
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka yang akan menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah:
- Bagaimana UU militer tentang Pendampingan
B. PEMBAHASAN
C. KESIMPULAN
D. SARAN
Sungguh kecongkakan dan kesombongan intelektual bila pemakalah menganggap pemaparan dalam makalah ini sempurna atau bersifat final. Oleh karena itu, pemakalah berharap kepada semua pihak yang membaca makalah ini berkenan memberikan kritik yang konstruktif ataupun mendekonstruksi substansi maupun metodologi bila memang diperlukan. Demikian pemaparan makalah ini mengenai, Kediktatoran Peradilan Militer Sebuah Tinjauan UU No.19 Tahun 1987 Tentang Peradilan Militer Tentunya dalam pemaparan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi substansi materi maupun segi metodologi istinbat hukum. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam kancah intelektual. Amiin.
# Read More..
Selasa, 11 Mei 2010
Sekilas Isi buku tentang The Tao of Phisics. fitjrof Capra
Sekilas Isi buku tentang The Tao of Phisics. fitjrof Capra
Pertama kali diterbitkan pada tahun 1975, The Tao berkuda Fisika gelombang daya tarik dalam filsafat eksotis Asia Timur. Dekade kemudian, hal itu masih berdiri hingga cermat, tidak hanya memberi penjelasan filosofi Timur tetapi juga bagaimana fisika modern memaksa kita ke dalam konsep-konsep yang memiliki kesejajaran yang luar biasa. Mencakup lebih 3.000 tahun dari tradisi yang sangat beragam di seluruh Asia, Capra tidak bisa tidak kabur baris di generalisasi-nya. Tapi gambaran besar cukup untuk melihat nilai di dalamnya pengetahuan pengalaman, batas-batas obyektivitas, tidak adanya masalah mendasar, interelasi dari semua hal dan peristiwa, dan fakta bahwa proses adalah yang utama, bukan sesuatu. Capra menemukan gagasan yang sama dalam modern Pada tahun 1975, fisikawan Fritjof Capra menulis sebuah buku yang tidak biasa tentang fisika dan mistisisme Timur yang berjudul "Fisika Tao". Meskipun beberapa rekan Mr Capra yang tersinggung bahwa fisikawan pun akan membandingkan ilmu fisika modern dengan praktik keagamaan mistikus Timur (terutama kepercayaan & praktik Hindu, Buddha dan Tao) kenyataannya adalah bahwa ada beberapa kesamaan yang sangat mencolok dengan pandangan mistik Timur realitas secara intuitif dan pandangan rasional eksperimen teori kuantum. Sebagian alasan untuk ini adalah bahwa kedua fisikawan dan mistikus Timur merasa sangat sulit untuk menjelaskan pengamatan mereka dalam bahasa (termasuk bahasa matematika) karena pengalaman mereka masing-masing tidak dijumpai dalam dunia kita sehari-hari, makro mekanistik. Sampai saat Einstein, fisikawan merasa nyaman dengan menjelaskan dunia menggunakan teori mekanistik Newton. Namun, Einstein menyadari bahwa ada kesalahan fatal dengan pandangan Newton yang diduga bahwa gravitasi yang dirasakan instan tanpa jarak. Selain itu, hukum gravitasi Newton benar-benar tidak menjelaskan apa gravitasi. Dengan stroke wawasan, Einstein menyadari bahwa tidak ada yang bisa bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya termasuk gravitasi, dan beberapa tahun kemudian bisa menjelaskan gravitasi sebagai konsekuensi dari lengkungan empat-dimensi ruang-waktu karena massa. Penemuan ini melalui dunia fisika Newtonian terbalik, tetapi teori Einstein menunjukkan, pandangan Newton masih berlaku untuk objek yang datang tempat kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi masih berharga, namun dalam kenyataannya, hanya perkiraan yang baik yang dapat digunakan untuk menjelaskan gerakan dalam kerangka acuan kita. Einstein, bagaimanapun, tidak bisa menerima pandangan yang dikembangkan oleh orang-orang sezamannya di bidang partikel sub-atomik karena Einstein menyatakan bahwa kesederhanaan elegan dan ketertiban ada di semua tingkat Semesta fisik. Niels Bohr dan Werner Heisenberg, di sisi lain, menemukan bahwa dunia sub-atomik bukanlah hal yang sederhana dan teratur. Sebaliknya, mereka, dan fisikawan yang mengikuti mereka, menemukan bahwa dunia sub-atomik tidak terdiri dari keras, partikel independen dan diukur, tetapi yang sangat tak terduga dan saling berhubungan paket energi yang menampilkan karakteristik baik sebagai partikel dengan massa dan gelombang energi yang dapat hanya sebagian menjelaskan melalui penggunaan probabilitas.
Itu adalah penemuan teori kuantum yang fisika modern telah datang ke beberapa kesimpulan yang sangat mirip mistikus Timur datang ke lebih dari 2500 tahun yang lalu: yaitu, semua yang di alam semesta adalah saling berhubungan, tidak ada bagian yang benar-benar independen, dan bahwa kesadaran manusia tidak independen dari Universe baik. Dengan memasukkan negara sangat meditatif kesadaran, mistikus Timur selama berabad-abad telah mengalami intuitif saling keutuhan realitas (disebut Tao dalam Taoisme, Brahman dalam Hinduisme dan Dharmakaya dalam Buddhisme) setelah mereka mampu menyisihkan semua pikiran sadar lainnya dan bahasa. Untuk mistik Timur, bahasa, yang mencoba untuk membedakan antara berbagai hal, menciptakan ilusi keterpisahan dan kemandirian yang merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan filsafat Barat yang berpuncak pada fisika Newton. Gagasan bahwa benda dapat dipecah menjadi independen dan saling eksklusif, bagian tak bernyawa adalah filsafat yang dianut oleh banyak filsuf Yunani awal, seperti Leucippus, Democritus dan Aristoteles, berbeda dengan para filsuf Yunani Parmenides dan Heraclitus yang hylozoists dan mistikus Timur . Pandangan Barat populer keterpisahan juga merupakan bagian dari pandangan patriarkal mengemudi, antroposentris Kekristenan ("Yang" dalam Taoisme); sebagai lawan dari intuitif, saling berhubungan dan melihat peresapan mistisisme Timur ("yin" dalam istilah Taoisme) yaitu juga bagian dari teori kuantum.
Beberapa bagian dari "The Tao Fisika" mungkin cukup sulit bagi seseorang dengan latar belakang yang sangat sedikit dalam fisika untuk memahami, tapi Mr Capra menghindari penggunaan matematika kompleks dalam penjelasannya yang sangat akurat pengamatan yang dilakukan dalam fisika sub-atomik. Dia juga melakukan pekerjaan yang luar biasa menjelaskan pandangan dari tiga agama-agama Timur yang berbeda yang mungkin banyak pembaca diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam buku ini. Meskipun ada saat ketika fisikawan dan filsuf Barat percaya hal Universe dan anorganik yang statis yang bisa dengan mudah dijelaskan dengan persamaan sederhana, fisika modern telah sampai pada kesimpulan yang sama bahwa mistik Timur itu 2500 tahun yang lalu: Semesta adalah sangat dinamis dan kenyataan yang selalu berubah tidak diatur oleh undang-undang dasar abstrak, tetapi oleh interaksi dari semua materi dan energi di seluruh dan bahwa materi itu sendiri adalah energi murni, kekal, selalu berubah dan terus mengubah seperti Hindu dijelaskan oleh selalu-menari Siwa. Selanjutnya, sains modern tidak dapat menjelaskan semuanya, hanya dapat memberikan penjelasan pendekatan untuk situasi tertentu: Semesta dalam totalitasnya tak pernah bisa sepenuhnya dijelaskan, seperti Tao tidak dapat sepenuhnya dijelaskan. Secara keseluruhan, saya menilai "The Tao Fisika" dengan mantap 5 dari 5 bintang dan sangat merekomendasikan hal ini. # Read More..
Pertama kali diterbitkan pada tahun 1975, The Tao berkuda Fisika gelombang daya tarik dalam filsafat eksotis Asia Timur. Dekade kemudian, hal itu masih berdiri hingga cermat, tidak hanya memberi penjelasan filosofi Timur tetapi juga bagaimana fisika modern memaksa kita ke dalam konsep-konsep yang memiliki kesejajaran yang luar biasa. Mencakup lebih 3.000 tahun dari tradisi yang sangat beragam di seluruh Asia, Capra tidak bisa tidak kabur baris di generalisasi-nya. Tapi gambaran besar cukup untuk melihat nilai di dalamnya pengetahuan pengalaman, batas-batas obyektivitas, tidak adanya masalah mendasar, interelasi dari semua hal dan peristiwa, dan fakta bahwa proses adalah yang utama, bukan sesuatu. Capra menemukan gagasan yang sama dalam modern Pada tahun 1975, fisikawan Fritjof Capra menulis sebuah buku yang tidak biasa tentang fisika dan mistisisme Timur yang berjudul "Fisika Tao". Meskipun beberapa rekan Mr Capra yang tersinggung bahwa fisikawan pun akan membandingkan ilmu fisika modern dengan praktik keagamaan mistikus Timur (terutama kepercayaan & praktik Hindu, Buddha dan Tao) kenyataannya adalah bahwa ada beberapa kesamaan yang sangat mencolok dengan pandangan mistik Timur realitas secara intuitif dan pandangan rasional eksperimen teori kuantum. Sebagian alasan untuk ini adalah bahwa kedua fisikawan dan mistikus Timur merasa sangat sulit untuk menjelaskan pengamatan mereka dalam bahasa (termasuk bahasa matematika) karena pengalaman mereka masing-masing tidak dijumpai dalam dunia kita sehari-hari, makro mekanistik. Sampai saat Einstein, fisikawan merasa nyaman dengan menjelaskan dunia menggunakan teori mekanistik Newton. Namun, Einstein menyadari bahwa ada kesalahan fatal dengan pandangan Newton yang diduga bahwa gravitasi yang dirasakan instan tanpa jarak. Selain itu, hukum gravitasi Newton benar-benar tidak menjelaskan apa gravitasi. Dengan stroke wawasan, Einstein menyadari bahwa tidak ada yang bisa bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya termasuk gravitasi, dan beberapa tahun kemudian bisa menjelaskan gravitasi sebagai konsekuensi dari lengkungan empat-dimensi ruang-waktu karena massa. Penemuan ini melalui dunia fisika Newtonian terbalik, tetapi teori Einstein menunjukkan, pandangan Newton masih berlaku untuk objek yang datang tempat kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi masih berharga, namun dalam kenyataannya, hanya perkiraan yang baik yang dapat digunakan untuk menjelaskan gerakan dalam kerangka acuan kita. Einstein, bagaimanapun, tidak bisa menerima pandangan yang dikembangkan oleh orang-orang sezamannya di bidang partikel sub-atomik karena Einstein menyatakan bahwa kesederhanaan elegan dan ketertiban ada di semua tingkat Semesta fisik. Niels Bohr dan Werner Heisenberg, di sisi lain, menemukan bahwa dunia sub-atomik bukanlah hal yang sederhana dan teratur. Sebaliknya, mereka, dan fisikawan yang mengikuti mereka, menemukan bahwa dunia sub-atomik tidak terdiri dari keras, partikel independen dan diukur, tetapi yang sangat tak terduga dan saling berhubungan paket energi yang menampilkan karakteristik baik sebagai partikel dengan massa dan gelombang energi yang dapat hanya sebagian menjelaskan melalui penggunaan probabilitas.
Itu adalah penemuan teori kuantum yang fisika modern telah datang ke beberapa kesimpulan yang sangat mirip mistikus Timur datang ke lebih dari 2500 tahun yang lalu: yaitu, semua yang di alam semesta adalah saling berhubungan, tidak ada bagian yang benar-benar independen, dan bahwa kesadaran manusia tidak independen dari Universe baik. Dengan memasukkan negara sangat meditatif kesadaran, mistikus Timur selama berabad-abad telah mengalami intuitif saling keutuhan realitas (disebut Tao dalam Taoisme, Brahman dalam Hinduisme dan Dharmakaya dalam Buddhisme) setelah mereka mampu menyisihkan semua pikiran sadar lainnya dan bahasa. Untuk mistik Timur, bahasa, yang mencoba untuk membedakan antara berbagai hal, menciptakan ilusi keterpisahan dan kemandirian yang merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan filsafat Barat yang berpuncak pada fisika Newton. Gagasan bahwa benda dapat dipecah menjadi independen dan saling eksklusif, bagian tak bernyawa adalah filsafat yang dianut oleh banyak filsuf Yunani awal, seperti Leucippus, Democritus dan Aristoteles, berbeda dengan para filsuf Yunani Parmenides dan Heraclitus yang hylozoists dan mistikus Timur . Pandangan Barat populer keterpisahan juga merupakan bagian dari pandangan patriarkal mengemudi, antroposentris Kekristenan ("Yang" dalam Taoisme); sebagai lawan dari intuitif, saling berhubungan dan melihat peresapan mistisisme Timur ("yin" dalam istilah Taoisme) yaitu juga bagian dari teori kuantum.
Beberapa bagian dari "The Tao Fisika" mungkin cukup sulit bagi seseorang dengan latar belakang yang sangat sedikit dalam fisika untuk memahami, tapi Mr Capra menghindari penggunaan matematika kompleks dalam penjelasannya yang sangat akurat pengamatan yang dilakukan dalam fisika sub-atomik. Dia juga melakukan pekerjaan yang luar biasa menjelaskan pandangan dari tiga agama-agama Timur yang berbeda yang mungkin banyak pembaca diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam buku ini. Meskipun ada saat ketika fisikawan dan filsuf Barat percaya hal Universe dan anorganik yang statis yang bisa dengan mudah dijelaskan dengan persamaan sederhana, fisika modern telah sampai pada kesimpulan yang sama bahwa mistik Timur itu 2500 tahun yang lalu: Semesta adalah sangat dinamis dan kenyataan yang selalu berubah tidak diatur oleh undang-undang dasar abstrak, tetapi oleh interaksi dari semua materi dan energi di seluruh dan bahwa materi itu sendiri adalah energi murni, kekal, selalu berubah dan terus mengubah seperti Hindu dijelaskan oleh selalu-menari Siwa. Selanjutnya, sains modern tidak dapat menjelaskan semuanya, hanya dapat memberikan penjelasan pendekatan untuk situasi tertentu: Semesta dalam totalitasnya tak pernah bisa sepenuhnya dijelaskan, seperti Tao tidak dapat sepenuhnya dijelaskan. Secara keseluruhan, saya menilai "The Tao Fisika" dengan mantap 5 dari 5 bintang dan sangat merekomendasikan hal ini. # Read More..
Langganan:
Postingan (Atom)